Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto
Baca Juga: AS jatuhkan sanksi kepada BUMN energi China karena masih membeli minyak dari Iran
Tak hanya itu, pergerakan harga minyak juga bisa dibatasi mengingat konflik di Timur Tengah diyakini tidak akan berujung pada aksi militer.
Ibrahim bilang, terlepas dari konflik dengan Iran, Inggris masih punya masalah Brexit yang jelas harus lebih dulu diprioritaskan. AS pun masih berada dalam ancaman perlambatan ekonomi, sehingga ada kemungkinan negara ini akan memperbesar lagi produksi minyaknya untuk menstabilkan harga di pasar.
“Intinya segala bentuk agresi militer di Timur Tengah berusaha dihindari karena kondisinya tidak memungkinkan,” ungkapnya.
Baca Juga: Akibat tumpahan minyak di perairan Karawang, tangkapan nelayan menurun drastis
Secara teknikal, bollinger band moving average 40% di atas bollinger bawah sehingga mengindikasikan harga minyak akan jatuh. Sementara itu, indikator Stochastic 60% positif. Sedangkan MACD dan RSI 60% negatif.
Ibrahim memproyeksikan, harga minyak akan bergerak di kisaran US$ 54,50—US$ 57,50 per barel pada esok hari. Sedangkan untuk sepekan ke depan, harga minyak akan berada di area US$ 51,20—US$ 58,70 per barel.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News