Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak melanjutkan kenaikan setelah kemarin melonjak sekitar 2%. Kenaikan harga minyak dipicu oleh penurunan mingguan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) yang lebih besar daripada perkiraan.
Harga minyak juga disokong oleh pelemahan kurs dolar AS. Kedua penyebab ini menunjukkan efek lebih besar pada harga minyak ketimbang tanda-tanda pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah di China.
Rabu (18/7) pukul 7.07 WIB, harga minyak WTI kontrak Agustus 2024 di New York Mercantile Exchange menguat 0,47% ke US$ 83,24 per barel. Kemarin, harga minyak acuan AS ini melonjak 2,59%.
Sedangkan harga minyak Brent kontrak September 2024 di ICE Futures kemarin menguat 1,61% ke US$ 85,08 per barel dari posisi hari sebelumnya US$ 83,73 per barel.
Baca Juga: Harga Emas Kembali Mendekati Rekor Karena Taruhan Penurunan Bunga & Pelemahan Dolar
Harga minyak Brent dibandingkan WTI menyempit menjadi sekitar $3,65 per barel, terendah sejak Oktober 2023. Selisih yang menyempit berarti perusahaan-perusahaan energi memiliki lebih sedikit alasan untuk mengeluarkan uang untuk mengirim kapal ke AS guna mengambil minyak mentah untuk diekspor.
Di AS, Badan Informasi Energi melaporkan bahwa perusahaan-perusahaan energi menarik 4,9 juta barel minyak mentah dari penyimpanan selama pekan yang berakhir 12 Juli.
Bandingkan dengan penurunan sebesar 30.000 barel yang diperkirakan para analis dalam jajak pendapat Reuters dan penurunan sebesar 4,4 juta barel dalam laporan kelompok perdagangan American Petroleum Institute.
Pelemahan kurs dolar AS juga membantu mendukung harga minyak setelah dolar mencapai level terendah dalam 17 minggu terhadap sejumlah mata uang utama. Melemahnya dolar dapat meningkatkan permintaan minyak dengan membuat komoditas dalam mata uang greenback seperti minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Baca Juga: Inilah Harga BBM Hari Ini Juli 2024, Apa Pertamax & Pertalite Turun Harga?
PERTUMBUHAN LEBIH LAMBAT DI CHINA
Tiongkok, importir minyak utama dunia, mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 4,7% pada kuartal kedua, menurut data resmi pemerintah di awal pekan. Ini adalah pertumbuhan ekonomi paling lambat sejak kuartal pertama tahun 2023, sehingga membatasi kenaikan harga minyak mentah.
“Data terbaru mengisyaratkan perlambatan pertumbuhan di Amerika Serikat, Zona Euro, dan Tiongkok,” ungkap analis di unit Citi Research Citigroup dalam sebuah laporan. Citi Research menambahkan, bank-bank sentral semakin dekat pada titik di mana mereka memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga dengan sungguh-sungguh.
Di AS, pembangunan rumah untuk satu keluarga turun ke level terendah dalam delapan bulan pada bulan Juni di tengah kenaikan suku bunga hipotek. Data baru ini menunjukkan bahwa pasar perumahan kemungkinan akan menghambat pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua.
Pejabat tinggi Federal Reserve AS mengatakan pada hari Rabu bahwa bank sentral "lebih dekat" untuk memangkas suku bunga. Arah inflasi yang melambat dan pasar tenaga kerja yang lebih seimbang membuka jalan bagi pengurangan biaya pinjaman pertama pada bulan September.
The Fed menaikkan suku bunga secara agresif pada tahun 2022 dan 2023 untuk mengendalikan lonjakan inflasi. Biaya pinjaman meningkat bagi konsumen dan dunia usaha, memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan minyak.
Suku bunga yang lebih rendah dapat meningkatkan permintaan minyak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News