Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - MELBOURNE. Harga minyak bergerak melemah pada hari Jumat (12/11) dan menghapus kenaikan yang terjadi pada sesi sebelumnya, karena dolar Amerika Serikat (AS) terus naik di tengah taruhan Federal Reserve akan mengajukan rencana untuk menaikkan suku bunga guna menjinakkan inflasi.
Jumat (12/11), harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Desember 2021 turun 0,3% menjadi US$ 81,33 per barel. Ini membalikkan kenaikan 25 sen yang terjadi pada Kamis (11/11).
Serupa, harga minyak mentah berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Januari 2022 turun 0,3% menjadi US$ 82,62 per barel, menghapus kenaikan yang sempat terjadi di hari sebelumnya.
Kedua kontrak siap untuk mengakhiri pekan ini dengan tidak berubah setelah pergerakan fluktuatif yang didorong oleh lonjakan dolar AS dan spekulasi apakah pemerintahan Biden akan merilis minyak dari Cadangan Minyak Strategis AS guna mendinginkan harga.
Baca Juga: Harga minyak stabil meski OPEC memangkas prediksi permintaan
"Pasar berada dalam situasi yang sangat seimbang," kata ekonom senior Westpac Justin Smirk.
Sementara pasar minyak dipasok dengan ketat, Smirk mengatakan masalah yang lebih besar adalah perubahan dalam dinamika permintaan, karena pasar bergerak menjauh dari pemulihan kuat yang didorong oleh kebangkitan permintaan barang, yang telah memicu permintaan energi, menuju pemulihan permintaan jasa.
Ada tanda-tanda positif di sisi permintaan, dengan perjalanan udara meningkat dengan cepat, tetapi kebijakan moneter dan fiskal yang lebih ketat dan musim dingin belahan bumi utara yang akan datang akan bertindak sebagai peredam.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada hari Kamis memangkas perkiraan permintaan minyak dunia untuk kuartal keempat sebesar 330.000 barel per hari dari perkiraan bulan lalu, karena harga energi yang tinggi membatasi pemulihan dari Covid-19.
Analis komoditas National Australia Bank Baden Moore mengatakan, dia memperkirakan pasar minyak akan tetap ketat hingga kuartal ketiga 2022 karena permintaan terus pulih.
"OPEC+ sangat cerdik dalam mengelola pasokan global karena permintaan pulih dari pandemi, dan kelompok itu tetap berada pada posisi yang baik dari perspektif ini," kata Moore.
OPEC, Rusia dan sekutu, bersama-sama disebut OPEC+, sepakat pekan lalu untuk tetap berpegang pada rencana untuk menambah 400.000 barel per hari ke pasar setiap bulan.
Selanjutnya: Mata uang kripto dinyatakan haram, ini penjelasan MUI
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News