kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.914   16,00   0,10%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Harga Minyak Kian Melemah di Tengah Ketidakpastian Impor China


Selasa, 03 September 2024 / 13:14 WIB
Harga Minyak Kian Melemah di Tengah Ketidakpastian Impor China
ILUSTRASI. Harga minyak mentah WTI terus tertekan di tengah kekhawatiran pasar mengenai permintaanminyak dari China. REUTERS/Pascal Rossignol


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) terus tertekan di tengah kekhawatiran pasar mengenai permintaan impor minyak dari China dan proyeksi penambahan pasokan. Pada hari Selasa (2/9), minyak WTI diperdagangkan di sekitar US$ 73.30 per barel, mencerminkan kondisi pasar bergejolak akibat kombinasi faktor ekonomi global.

Analis Dupoin Indonesia Andy Nugraha memandang, kondisi pasar minyak saat ini menghadirkan tantangan untuk tren bullish, dengan kemungkinan harga mengalami penurunan lebih lanjut. 

Salah satu faktor utama yang membebani harga minyak mentah saat ini adalah melambatnya aktivitas manufaktur di China.

Baca Juga: Antisipasi Krisis, Pemerintah Tetapkan 3 Jenis Cadangan Penyangga Energi

Data terbaru dari Biro Statistik Nasional menunjukkan bahwa Indeks Manajer Pembelian (IMP) Manufaktur China turun menjadi 49,1 pada bulan Agustus, menandai level terendah dalam enam bulan terakhir. Angka ini jauh di bawah konsensus pasar, yang sebelumnya diperkirakan akan mencapai 49,5.

"Penurunan ini mencerminkan melemahnya permintaan minyak dari China sebagai negara pengimpor minyak terbesar di dunia. Sehingga, secara signifikan membebani harga minyak WTI," ungkap Nugraha dalam risetnya, Selasa (3/9).

Nugraha juga mengidentifikasi bahwa proyeksi penambahan pasokan minyak semakin menekan harga WTI. Meskipun ada kekhawatiran pasokan terkait dengan produksi minyak Libya, yang terhenti akibat konflik yang sedang berlangsung di negara tersebut, penambahan pasokan dari negara-negara OPEC+ diperkirakan dapat menstabilkan kembali pasokan global.

Namun di sisi lain, gangguan produksi di Libya tersebut mungkin hanya sementara. Hal itu mengingat fluktuasi produksi yang telah menjadi normal selama beberapa tahun terakhir.

Nugraha menganalisis, kombinasi indikator Moving Average yang terbentuk saat ini menunjukkan bahwa tren bullish WTI semakin memudar. 

Sehingga, harga WTI untuk hari ini berpotensi turun hingga US$ 71,8. Namun, jika terjadi rebound, maka harga WTI berpotensi naik hingga US$ 74,5 untuk target terdekatnya.

Baca Juga: Harga Minyak Dunia Turun Selasa (3/9), Permintaan Lemah Kalahkan Blokade di Libya

Lebih lanjut, para pelaku pasar akan mencermati rilis data IMP Manufaktur ISM AS untuk bulan Agustus yang akan dirilis pada hari Selasa (3/9). 

Data tersebut diperkirakan akan memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai kondisi ekonomi Amerika Serikat, yang dapat mempengaruhi permintaan minyak.

Selain itu, laporan Nonfarm Payrolls (NFP) AS yang akan dirilis akhir pekan ini juga akan menjadi pusat perhatian, karena dapat memberikan wawasan tentang potensi penurunan suku bunga oleh Federal Reserve AS (The Fed) tahun ini.

"Suku bunga yang lebih rendah biasanya mendukung harga minyak karena mengurangi biaya pinjaman, yang dapat meningkatkan aktivitas ekonomi dan permintaan minyak," jelas Nugraha.

Secara keseluruhan, Nugraha memperkirakan, prospek harga WTI hari ini tampak cenderung bearish atau turun. 

Proyeksi ini seiring dengan meningkatnya kekhawatiran terhadap permintaan minyak global dan proyeksi penambahan pasokan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×