Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - TOKYO. Harga minyak turun di awal perdagangan Senin (19/8) karena kekhawatiran melemahnya permintaan dari importir minyak utama China membebani sentimen pasar. Sementara investor fokus pada kemajuan perundingan gencatan senjata di Timur Tengah, yang dapat mengurangi risiko pasokan.
Mengutip Reuters, Senin (19/8), harga minyak mentah berjangka Brent turun 13 sen, atau 0,2%, menjadi US$ 79,55 per barel pada 0032 GMT. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS turun 13 sen, atau 0,2%, menjadi US$ 76,52 per barel.
Kedua benchmark tersebut turun hampir 2% pada hari Jumat lalu karena investor mengurangi ekspektasi pertumbuhan permintaan dari China, namun menutup pekan lalu nyaris tak berubah dari minggu sebelumnya setelah serangkaian data AS minggu lalu menunjukkan inflasi yang moderat dan belanja ritel yang kuat.
Baca Juga: Harga Minyak Terkoreksi Pada Perdagangan Senin (19/8) Pagi
“Kekhawatiran yang terus-menerus mengenai lambatnya permintaan di China menyebabkan aksi jual,” kata Hiroyuki Kikukawa, presiden NS Trading, salah satu unit Nissan Securities.
Ia menambahkan bahwa faktor lain adalah mendekati akhir musim puncak berkendara di Amerika Serikat.
“Namun, ketegangan di Timur Tengah dan eskalasi perang Rusia-Ukraina, yang menimbulkan risiko pasokan, masih menjadi faktor yang menopang pasar,” katanya.
Pada hari Kamis, data dari China menunjukkan perekonomiannya kehilangan momentum pada bulan Juli, dengan harga rumah baru turun pada laju tercepat dalam sembilan tahun, output industri melambat dan pengangguran meningkat.
Hal ini telah memicu kekhawatiran di kalangan pedagang mengenai penurunan permintaan dari China, di mana kilang-kilang minyak memangkas tingkat pemrosesan minyak mentah pada bulan lalu karena lemahnya permintaan bahan bakar.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken tiba di Tel Aviv pada hari Minggu dalam kunjungan ke Timur Tengah untuk mendorong gencatan senjata di Gaza, tetapi Hamas meragukan misi tersebut dengan menuduh Israel merusak upayanya.
Baca Juga: Mewaspadai Perlambatan Pertumbuhan Ekonomi
Negara-negara yang menjadi penengah seperti Qatar, Amerika Serikat dan Mesir, sejauh ini gagal mempersempit perbedaan untuk mencapai kesepakatan dalam beberapa bulan perundingan, dan kekerasan terus berlanjut di Gaza pada hari Minggu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News