Sumber: Reuters | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Harga minyak turun pada Kamis (25/7) karena kekhawatiran atas lemahnya permintaan di China, importir minyak mentah terbesar di dunia. Selain itu, ekspektasi mendekati kesepakatan gencatan senjata di Timur Tengah juga turut melemahkan harga minyak.
Mengutip Reuters, Kamis (25/7), harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September turun 63 sen, atau 0,8%, menjadi US$ 81,08 per barel pada pukul 03.55 GMT. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman September turun 63 sen, atau 0,8%, menjadi US$ 76,96 per barel.
Kedua harga minyak acuan tersebut ditutup naik pada Rabu, menghentikan penurunan berturut-turut setelah Badan Informasi Energi (EIA) mengatakan persediaan minyak mentah AS turun 3,7 juta barel pada minggu lalu. Angka tersebut lebih besar dari ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan penurunan sebesar 1,6 juta barel.
Baca Juga: Harga Minyak Terkoreksi Tipis Pada Kamis (25/7) Pagi
Data EIA menunjukkan, stok bensin AS turun 5,6 juta barel, dibandingkan ekspektasi analis yang memperkirakan penurunan sebanyak 400.000 barel. Stok sulingan turun 2,8 juta barel dibandingkan ekspektasi kenaikan 250.000 barel.
“Meskipun terjadi penurunan stok minyak mentah dan bensin di AS, investor tetap waspada terhadap melemahnya permintaan di China dan ekspektasi akan majunya perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas menambah tekanan,” kata Hiroyuki Kikukawa, presiden NS Trading, salah satu unit Nissan Securities.
Tahun ini, impor minyak dan pengoperasian kilang China cenderung lebih rendah dibandingkan tahun 2023 karena melemahnya permintaan bahan bakar di tengah lesunya pertumbuhan ekonomi, menurut data pemerintah.
Merosotnya pasar saham AS juga mengurangi selera risiko para pedagang, tambah Kikukawa. Ketiga indeks utama di Wall Street berakhir lebih rendah pada hari Rabu.
Di Timur Tengah, upaya untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata untuk mengakhiri perang di Jalur Gaza antara Israel dan kelompok militan Hamas berdasarkan rencana yang digariskan oleh Presiden AS Joe Biden pada bulan Mei dan dimediasi oleh Mesir dan Qatar telah mendapatkan momentum selama sebulan terakhir.
Pada hari Rabu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu membuat sketsa garis besar yang samar-samar mengenai rencana deradikalisasi Gaza pasca perang dalam pidatonya di depan Kongres AS dan memuji potensi aliansi masa depan antara Israel dan sekutu-sekutu Arab Amerika.
“Jika perundingan gencatan senjata di Timur Tengah mengalami kemajuan, bursa saham AS terus merosot, dan perekonomian China masih lesu, harga minyak bisa turun ke level awal Juni,” kata Satoru Yoshida, analis komoditas di Rakuten Securities.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Naik dari Posisi Terendah dalam Enam Minggu pada Rabu (24/7)
Selain itu, kejelasan mengenai penurunan suku bunga AS juga belum ada, kata analis Phillip Nova Priyanka Sachdeva, yang tidak memperkirakan permintaan akan kuat mengingat pemulihan ekonomi China yang buruk.
Sementara itu, para ekonom yang disurvei Reuters memperkirakan Federal Reserve akan memangkas suku bunganya sebanyak dua kali pada tahun ini, yaitu pada bulan September dan Desember, karena permintaan konsumen AS yang kuat memerlukan pendekatan yang hati-hati meskipun terjadi penurunan inflasi.
Suku bunga yang lebih rendah akan memacu pertumbuhan ekonomi, sehingga menyebabkan lebih banyak konsumsi minyak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News