kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak kembali turun tertekan sinyal membengkaknya pasokan AS


Kamis, 17 Oktober 2019 / 16:28 WIB
Harga minyak kembali turun tertekan sinyal membengkaknya pasokan AS
ILUSTRASI. FILE PHOTO: A pump jack operates in the Permian Basin oil and natural gas production area near Odessa, Texas, U.S., February 10, 2019. Picture taken February 10, 2019. REUTERS/Nick Oxford/File Photo


Reporter: Yasmine Maghfira | Editor: Yudho Winarto

"Jika data tersebut menunjukkan kenaikan angka produksi dan hubungan AS dan China tidak membaik, tentu akan terus menekan harga minyak semakin dalam," tambah Faisyal.

Baca Juga: Harga minyak merambat naik setelah turun lebih dari 3% sejak awal pekan

Kendati demikian, pasar memang berekspektasi data EIA atau ekonomi mingguan AS menunjukkan kenaikan produksi minyak. Namun, walau pelaku pasar memperkirakan hal tersebut tetap saja menjadi sentimen negatif bagi harga minyak.

Faisyal memproyeksi harga minyak pada esok hari masih berpotensi melemah jika produksi minyak dari data EIA benar naik. Ia memperkirakan harga minyak melemah dengan support US$ 51,40 per barel dan resistance US$ 54,80 per barel.

Sementara, untuk pekan depan ada tambahan sentimen dari rilis data produksi minyak Shell yang diperkirakan akan meningkat juga. Maka, hal itu akan membuat harga minyak semakin tertekan.

Baca Juga: Neraca dagang September 2019 mengalami defisit, ini pendapat ekonom

Faisyal memproyeksi pekan depan harga minyak masih potensi lemah dengan support di level US$ 50,50 dan resistance US$ 55,80 karena pergerakan minyak masih menunjukkan posisi jual. Faisal merekomendasi pada perdagangan besok sampai pekan depan untuk sell komoditas minyak.

Selain itu, berdasarkan kondisi perekonomian global saat ini, Faisyal memproyeksi harga minyak WTI sampai akhir tahun ini hanya menyentuh level US$ 44 per barel.

Rendahnya proyeksi tersebut diiringi kondisi kebijakan dari OPEC yang berencana menurunkan produksi. Jika OPEC tidak merealisasikan kebijakan tersebut, maka harga minyak berpotensi terus terseret.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×