Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak turun 1% pada hari Senin (29/4), menghapus kenaikan dari hari Jumat lalu. Perundingan perdamaian Israel-Hamas di Kairo meredakan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di Timur Tengah dan data inflasi Amerika Serikat (AS) semakin meredupkan prospek penurunan suku bunga dalam waktu dekat.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent turun sebanyak 98 sen atau 1,09% menjadi US$88,52 per barel pada 0644 GMT.
Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 83 sen atau 0,99% menjadi US$83,02 per barel.
Baca Juga: Harga Minyak Terkoreksi Tipis Pada Senin (29/4) Pagi
“Peningkatan upaya untuk menengahi gencatan senjata antara Israel dan Hamas meredakan ketegangan geopolitik dan berkontribusi pada lemahnya pembukaan pada hari Senin,” kata analis pasar IG Tony Sycamore.
Delegasi Hamas akan mengunjungi Kairo pada hari Senin untuk melakukan pembicaraan damai, kata seorang pejabat Hamas kepada Reuters.
Menteri luar negeri Israel mengatakan pada hari Sabtu bahwa rencana serangan ke Rafah, tempat lebih dari satu juta pengungsi Palestina berlindung, dapat ditunda jika terjadi kesepakatan yang melibatkan pembebasan sandera Israel.
Juru bicara Gedung Putih mengatakan Israel setuju untuk mendengarkan kekhawatiran AS mengenai dampak kemanusiaan dari potensi invasi tersebut.
Pasar juga mewaspadai tinjauan kebijakan Federal Reserve pada 1 Mei.
"Yang juga berperan adalah kegelisahan menjelang pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal minggu ini yang diperkirakan akan berlangsung dengan nada yang lebih hawkish," kata Sycamore.
Baca Juga: Menilik Tantangan Industri Hulu Minyak dan Gas Bumi (Migas) Nasional
Inflasi AS naik 2,7% dalam 12 bulan hingga Maret, data pada hari Jumat menunjukkan, di atas target The Fed sebesar 2%.
Inflasi yang lebih rendah akan meningkatkan kemungkinan penurunan suku bunga, yang akan merangsang pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.
“Inflasi AS yang tinggi memicu kekhawatiran akan suku bunga yang ‘lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama’”, yang menyebabkan penguatan dolar AS dan memberikan tekanan pada harga komoditas, kata analis pasar independen Tina Teng.
Dolar menguat di tengah prospek suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama. Dolar yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi mereka yang memegang mata uang lainnya.
Hal yang semakin membebani prospek permintaan minyak adalah pertumbuhan keuntungan industri China yang melambat pada bulan Maret, berdasarkan data resmi yang ditunjukkan pada hari Sabtu.
Ini merupakan tanda terbaru lemahnya permintaan domestik di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut.
Laba kumulatif perusahaan industri China naik 4,3% menjadi 1,5 triliun yuan (US$207,0 miliar) pada kuartal pertama secara tahunan. Dan dibandingkan dengan kenaikan 10,2% pada dua bulan pertama.
Baca Juga: Pemerintah Waspadai Potensi Kenaikan Harga Minyak dan Dampaknya pada APBN 2024
Namun harga minyak bisa kembali naik jika data inventaris AS dan indeks PMI China menunjukkan perbaikan minggu ini, kata Teng.
Minyak Brent telah naik 49 sen dan WTI naik 28 sen pada hari Jumat di tengah kekhawatiran tentang gangguan pasokan dari peristiwa di Timur Tengah.
Pasar mengabaikan potensi gangguan pasokan yang berasal dari serangan drone Ukraina terhadap kilang minyak Ilsky dan Slavyansk di wilayah Krasnodar Rusia pada akhir pekan.
Kilang minyak Slavyansk harus menghentikan beberapa operasinya setelah serangan itu, kata seorang eksekutif pabrik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News