kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.396.000   29.000   1,23%
  • USD/IDR 16.745   14,00   0,08%
  • IDX 8.372   -16,57   -0,20%
  • KOMPAS100 1.158   -4,75   -0,41%
  • LQ45 841   -5,56   -0,66%
  • ISSI 292   0,59   0,20%
  • IDX30 441   -4,86   -1,09%
  • IDXHIDIV20 507   -6,07   -1,18%
  • IDX80 130   -0,51   -0,39%
  • IDXV30 137   -1,14   -0,82%
  • IDXQ30 140   -1,36   -0,96%

Harga Minyak Dunia Tertekan, Musim Dingin Bisa Jadi Pengungkit


Kamis, 13 November 2025 / 15:49 WIB
Harga Minyak Dunia Tertekan, Musim Dingin Bisa Jadi Pengungkit
ILUSTRASI. Harga minyak mentah dunia sedang tertekan seiring dengan sentimen proyeksi pesimistis dari pelaku pasar minyak.


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga minyak mentah dunia sedang tertekan seiring dengan sentimen proyeksi pesimistis dari pelaku pasar minyak. Mengutip trading economics, Kamis (13/11/2025) pukul 14.51 WIB, harga minyak mentah WTI berada di level US$ 58,41 per barel, turun 1,89% dalam sepekan dan telah terkoreksi 18,70% secara year to date (ytd).

Girta Putra Yoga, Research and Development ICDX mengatakan, harga minyak terpantau bergerak bearish dibebani sentimen dari proyeksi pesimistis pasar minyak terbaru dari US Energy Information Administration (EIA) dan Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC).

Meski demikian, dibukanya kembali pemerintahan Amerika Serikat (AS) pasca Trump mengesahkan UU pendanaan berpotensi mendorong harga minyak kembali naik.

Dalam laporan Prospek Energi Jangka Pendek yang dirilis pada Rabu (12/11/2025), EIA memperkirakan produksi minyak AS rata-rata mencapai 13,59 juta barel per hari (bph) tahun ini dan kemudian turun tipis menjadi sekitar 13,58 juta bph tahun depan. 

Baca Juga: Rupiah Ditutup Melemah ke Rp 16.728 Per Dolar AS Hari Ini, Paling Lemah di Asia

EIA merevisi proyeksi sebelumnya yang memperkirakan produksi minyak AS akan mengalami penurunan yang sedikit lebih tajam dari sekitar 13,53 juta bph pada 2025 menjadi 13,51 juta bph pada 2026. 

“Secara global, EIA melihat produksi minyak dan bahan bakar akan mencapai rata-rata 106 juta bph pada tahun ini, dan di sisi konsumsi diperkirakan akan mencapai rata-rata 104,1 juta bph,” ucap Yoga kepada Kontan, Kamis (13/11/2025). 

Yoga menambahkan sentimen lain yang turut membebani harga minyak datang dari laporan terbaru yang dirilis untuk penutupan pekan yang berakhir 12 November. Grup industri American Petroleum Institute (API) melaporkan stok minyak mentah AS mengalami peningkatan sebesar 1,3 juta barel. 

“Laporan API itu mengindikasikan permintaan yang lesu di pasar minyak AS. Meski demikian, pelaku masih menantikan rilisnya laporan stok resmi versi pemerintah,” imbuhnya. 

Sementara itu, dalam laporan bulanan yang dirilis pada hari Rabu, OPEC mengatakan permintaan minyak mentah diperkirakan mencapai 43,0 juta bph pada tahun 2026. Sehingga jika OPEC dan sekutunya tetap mempertahankan produksi di tingkat bulan Oktober saat ini yaitu sebesar 43,02 juta bph, maka akan ada surplus kecil sebesar 20.000 bph. 

Proyeksi tersebut sekaligus merevisi pandangan OPEC sebelumnya yang memperkirakan defisit pasokan pada tahun 2026. “Untuk itu, aliansi produsen mempertimbangkan kemungkinan untuk menghentikan sementara kenaikan produksi pada kuartal pertama tahun 2026 untuk mengantisipasi kelebihan pasokan yang meluas,” terang Yoga. 

Sementara itu, Yoga mengatakan, dukungan terhadap harga minyak datang dari keputusan DPR AS yang pada hari Rabu menyetujui RUU pendanaan untuk lembaga-lembaga pemerintah diperpanjang hingga 30 Januari.

RUU itu kemudian disahkan oleh Presiden Donald Trump pada Kamis pagi. Pengesahan UU pendanaan tersebut menandai dibukanya kembali pemerintahan AS, yang sekaligus meningkatkan kepercayaan konsumen dan aktivitas ekonomi di negara konsumen minyak terbesar pertama dunia itu.

“Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak berpotensi menemui posisi resistance terdekat di level US$ 61 per barel. Namun, apabila menemui katalis negatif maka harga berpotensi turun ke support terdekat di level US$ 56 per barel,” kata Yoga. 

Baca Juga: Tetapkan Kurs Dividen Rp 16.698 per Dolar AS, Segini Dividen Interim Medco (MEDC)

Pengamat Komoditas Ibrahim Assuaibi melihat, AS akan menghadapi musim dingin dalam beberapa waktu lagi. Dengan demikian pemerintah AS diperkirakan akan mengeluarkan pasokan minyak yang cukup besar untuk menghadapi musim dingin tersebut. 

“Sangat wajar kalau harga minyak mentah terkoreksi karena sebelumnya sudah mengalami kenaikan, Bahkan sempat mencapai level tertinggi di tahun ini di US$ 61,13 per barel,” ujar Ibrahim. 

Ibrahim memperkirakan koreksi harga minyak dapat bersifat sementara. Kemudian akan kembali naik lagi dibarengi dengan momentum pemerintahan AS sudah berjalan kembali dan ekonomi stabil, maka kebutuhan akan minyak akan tinggi. 

Berdasarkan kondisi saat ini, Ibrahim memproyeksikan, harga minyak mentah WTI dapat mencapai US$ 54,019 pada akhir tahun 2025, jika mengalami tren penurunan harga. Namun, jika ekonomi di AS terus membaik dan bank sentral AS menggelontorkan stimulus ekonomi, maka harga minyak mentah WTI diperkirakan dapat mencapai US$ 74,146 per barel.

Baca Juga: Kinerja Bumi Resources Minerals (BRMS) Kuartal III-2025 Disokong Kenaikan Harga Emas

Selanjutnya: BNI beberkan faktor pendorong NPL UMKM turun di kuartal III-2025

Menarik Dibaca: Promo The Body Shop Diskon s/d 70% Segera Berakhir, Berlaku sampai 15 November 2025

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×