Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak bertahan stabil pada hari Kamis (7/3), mempertahankan kenaikan semalam. Setelah data perdagangan China yang optimistis dan data Amerika Serikat (AS) menunjukkan kenaikan persediaan minyak mentah yang lebih kecil dari perkiraan dan penurunan besar dalam stok bahan bakar.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent turun 8 sen menjadi US$82,88 per barel pada pukul 07.36 GMT.
Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun tipis 7 sen menjadi US$79,06 per barel meskipun pertumbuhan impor dan ekspor China mengalahkan perkiraan.
Baca Juga: Harga Minyak Koreksi Tipis Setelah Melonjak Lebih dari 1%
Namun, ekspektasi bahwa penurunan suku bunga AS dapat ditunda membatasi kenaikan tersebut.
“Data neraca perdagangan China merupakan tanda positif bagi prospek permintaan pasar minyak,” kata analis independen yang berbasis di Auckland, Tina Teng.
Namun, dia menambahkan bahwa sentimen risk-off mendominasi pasar keuangan karena melemahnya saham-saham di Wall Street.
Importir minyak mentah utama dunia ini mencatat kenaikan impor sebesar 5,1% dalam dua bulan pertama tahun 2024 dibandingkan tahun sebelumnya menjadi sekitar 10,74 juta barel per hari (bpd), mengacu data bea cukai.
Dikarenakan penyulingan meningkatkan pembelian minyak mentah untuk memenuhi penjualan bahan bakar selama liburan Tahun Baru Imlek.
Ekspor produk olahan China pada bulan Januari-Februari turun 30,6% dibandingkan tahun lalu menjadi 8,82 juta ton, sehingga mengurangi pasokan untuk pasar global.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik Rabu (6/3): Brent ke US$82,57 dan WTI ke US$78,79
Data perdagangan yang optimis dari China, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, menunjukkan bahwa perdagangan global mulai membaik dan merupakan sinyal yang menggembirakan bagi para pembuat kebijakan ketika mereka mencoba untuk menopang pemulihan ekonomi yang terhambat.
Sebelumnya, minyak Brent dan WTI naik tipis sekitar 1% pada hari Rabu (6/3) setelah persediaan minyak mentah naik selama enam minggu berturut-turut, meningkat sebesar 1,4 juta barel, sekitar dua pertiga dari kenaikan 2,1 juta barel yang diperkirakan para analis dalam jajak pendapat Reuters.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News