Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak sedikit naik pada hari Senin (18/11), setelah pertempuran antara Rusia dan Ukraina semakin intensif pada akhir pekan lalu.
Meskipun demikian, kekhawatiran tentang permintaan bahan bakar di China dan proyeksi surplus minyak global membebani pasar.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik 47 sen, atau 0,7%, menjadi US$71,51 per barel pada pukul 12:30 GMT.
Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 33 sen, atau 0,5%, menjadi US$67,35 per barel.
Baca Juga: Harga Minyak Terkoreksi Pada Perdagangan Senin (18/11) Pagi
Rusia melancarkan serangan udara terbesar ke Ukraina dalam hampir tiga bulan pada hari Minggu, yang menyebabkan kerusakan parah pada sistem kelistrikan Ukraina.
Dalam perubahan signifikan terhadap kebijakan Washington dalam konflik Ukraina-Rusia, pemerintahan Presiden Joe Biden mengizinkan Ukraina untuk menggunakan senjata buatan AS untuk menyerang wilayah Rusia lebih dalam, kata dua pejabat AS dan seorang sumber yang mengetahui keputusan tersebut pada hari Minggu.
Kremlin mengatakan pada hari Senin bahwa keputusan seperti itu berarti keterlibatan langsung Amerika Serikat dalam konflik, dan menuduh pemerintahan Biden meningkatkan eskalasi perang.
“Keputusan Biden yang mengizinkan Ukraina menyerang pasukan Rusia di sekitar Kursk dengan rudal jarak jauh bisa membawa faktor geopolitik kembali memengaruhi pasar minyak, karena ini adalah eskalasi ketegangan, apalagi dengan masuknya pasukan Korea Utara dalam konflik ini,” ujar analis pasar IG Tony Sycamore.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Menuju Penurunan Mingguan Jumat (15/11), Dipicu Permintaan China
Analis energi di MST Marquee, Saul Kavonic, mengatakan, "Sejauh ini, dampak terhadap ekspor minyak Rusia masih minim, tetapi jika Ukraina menargetkan lebih banyak infrastruktur minyak, pasar minyak bisa mengalami lonjakan lebih lanjut."
Di Rusia, setidaknya tiga kilang minyak terpaksa menghentikan proses pengolahan atau mengurangi operasional akibat kerugian besar yang ditimbulkan oleh pembatasan ekspor, kenaikan harga minyak mentah, dan biaya pinjaman yang tinggi, menurut lima sumber industri.
Harga minyak Brent dan WTI turun lebih dari 3% pada pekan lalu, tertekan oleh data ekonomi China yang lemah, sebagai konsumen minyak terbesar kedua di dunia, serta proyeksi Badan Energi Internasional (IEA) yang memprediksi pasokan minyak global akan melebihi permintaan lebih dari 1 juta barel per hari pada 2025, meskipun pemangkasan produksi oleh OPEC+ tetap diterapkan.
Baca Juga: Harga Minyak Terkoreksi Jumat (15/11) Pagi, Investor Menimbang Prospek Permintaan
Produksi kilang di China turun 4,6% pada Oktober dibandingkan tahun lalu, dan pertumbuhan output pabrik negara itu juga melambat bulan lalu, berdasarkan data pemerintah yang dirilis pada hari Jumat.
Investor juga khawatir mengenai kecepatan dan tingkat pemotongan suku bunga oleh Federal Reserve AS yang menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan global.
Selanjutnya: Menggali Potensi Pajak dari Underground Economy, Peluang dan Tantangan
Menarik Dibaca: Universitas Ciputra Ajak Mahasiswa Ikut Pameran SIAL Interfood 2024
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News