Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID. Harga minyak mentah menguat tipis pada Selasa (10/6), seiring pelaku pasar menanti hasil perundingan dagang antara Amerika Serikat dan China yang berpotensi meredakan ketegangan global serta mendorong permintaan energi.
Melansir Reuters, minyak mentah Brent naik 12 sen ke US$ 67,16 per barel pada pukul 00.41 GMT.
Sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) bertambah 13 sen ke US$ 65,42 per barel setelah sempat menyentuh level tertinggi sejak 4 April dalam sesi sebelumnya.
Pada Senin (9/6), Brent sempat menyentuh US$ 67,19 per barel, level tertinggi sejak 28 April seiring ekspektasi tercapainya kesepakatan dagang antara AS dan China.
Baca Juga: Harga Emas Spot Stabil Selasa (10/6) Pagi, di Tengah Pembicaraan Dagang AS-China
Harapan Pasar terhadap Pemulihan Permintaan Energi
Putaran kedua pembicaraan dagang antara AS dan China berlanjut di London, membahas isu yang meluas dari tarif hingga pembatasan ekspor rare earths.
Ketegangan ini dikhawatirkan memicu gangguan rantai pasok global dan perlambatan ekonomi.
Presiden AS Donald Trump menyatakan negosiasi berlangsung baik dan timnya hanya memberikan laporan positif dari London.
Jika tercapai kesepakatan, hal ini bisa mendukung prospek pertumbuhan global serta meningkatkan permintaan komoditas energi, termasuk minyak.
Baca Juga: Outlook Harga Minyak Semester II-2025
Faktor Geopolitik dan Produksi OPEC Juga Membayangi
Di sisi lain, Iran menyatakan akan segera mengajukan kontra-proposal terhadap tawaran nuklir dari AS yang dinilai "tidak dapat diterima".
Trump menegaskan masih ada perbedaan tajam terkait hak Iran untuk memperkaya uranium di dalam negeri.
Sebagai produsen terbesar ketiga OPEC, pelonggaran sanksi AS terhadap Iran dapat membuka peluang ekspor lebih besar, yang berpotensi menekan harga minyak global.
Sementara itu, survei Reuters menunjukkan bahwa produksi minyak OPEC meningkat pada Mei.
Namun, kenaikannya terbatas karena Irak memompa di bawah target untuk mengompensasi kelebihan produksi sebelumnya, dan Arab Saudi serta UEA hanya menaikkan produksi secara moderat.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Ditutup Sentuh Level Tertinggi Beberapa Pekan pada Senin (9/6)
Kelompok OPEC+, yang menyumbang sekitar separuh pasokan minyak dunia, saat ini mempercepat rencana pencabutan pembatasan produksi yang sebelumnya diberlakukan.
“Prospek kenaikan pasokan dari OPEC terus menjadi bayangan bagi pasar,” kata Daniel Hynes, analis senior komoditas di ANZ.
“Peralihan permanen OPEC ke strategi berbasis pasar dapat menciptakan surplus besar pada semester II-2025 dan hampir pasti menekan harga minyak,” lanjutnya.
Selanjutnya: Ini 4 Faktor Penyebab yang Memicu Depresi, Termasuk Trauma
Menarik Dibaca: Ini 4 Faktor Penyebab yang Memicu Depresi, Termasuk Trauma
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News