Reporter: Nur Qolbi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman April 2020 turun 22,77% ke US$ 31,88 per barel pada perdagangan Senin (9/3) per pukul 18.10 WIB.
Merosotnya harga minyak ini melanjutkan penurunan pada akhir pekan lalu. Pada Jumat (6/3), harga minyak WTI turun lebih dari 9% menjadi US$ 41,28 per barel.
Baca Juga: IHSG hari ini ambles 6,58% ke level 5.136, ini deretan penyebabnya
Penurunan harga minyak dunia ini mendapat respons negatif dari pasar saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Senin (9/3) turun 6,58% ke level 5.136,80.
Kepala Riset Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy mengatakan, penurunan IHSG merupakan risiko global dari penurunan harga minyak dunia. Sebagaimana diketahui, penurunan harga minyak global berimbas kepada nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Hari ini hingga pukul 18.50 WIB, rupiah melemah 1,05% ke level Rp 14,392.5 per dollar AS.
Kepala Riset MNC Sekuritas Thendra Crisnanda mengatakan, penurunan harga minyak ini memberikan dampak negatif maupun positif pada beberapa sektor saham. Menurut dia, yang akan terkena dampak negatif dari penurunan harga minyak dunia adalah perusahaan minyak dan gas, komoditas, crude palm oil (CPO), dan biodiesel.
"Pasalnya, penurunan harga minyak yang signifikan juga berdampak pada penurunan harga komoditas lainnya, seperti batubara dan CPO," kata dia saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (9/3).
Baca Juga: Hari ini ambrol 6,58%, bagaimana proyeksi IHSG besok?
Sebaliknya, perusahaan yang bergerak di sektor barang konsumsi dan transportasi akan terkena dampak positif dari penurunan harga minyak dunia ini. Alasannya, harga minyak yang turun akan meningkatkan daya beli masyarakat, mengingat inflasi Indonesia juga masih cenderung rendah dan masih menjadi negara pengimpor minyak.
Meskipun begitu, menurut dia, apabila penurunan harga minyak dunia ini berlangsung dalam jangka panjang, maka akan membawa dampak negatif pada sektor konsumsi. "Karena pendapatan masyarakat Indonesia masih sangat bergantung pada harga komoditas," ucap dia.
Oleh karena itu, Thendra menyarankan investor untuk menghindari saham-saham minyak dan gas, serta komoditas. Di sisi lain, ia menyarankan investor untuk mulai mengoleksi saham-saham sektor barang konsumsi dan transportasi.
Baca Juga: Akibat virus corona, kekayaan milioner Indonesia anjlok! Prajogo dan Hartono terdalam
Sementara itu, di luar kaitannya dengan volatilitas harga minyak, Robertus masih menyarankan investor untuk selective buy saham-saham emiten blue chips yang memiliki fundamental kuat.
Sebut saja PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News