Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak naik sekitar 3% pada hari Senin (26/8), setelah laporan tentang hampir seluruh produksi minyak di Libya terhenti.
Kian mengerek kenaikan sebelumnya karena kekhawatiran bahwa konflik yang meningkat di Timur Tengah dapat mengganggu pasokan minyak regional.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik US$2,28 atau 2,89% menjadi US$81,30 per barel pada 13:16 GMT. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berada di US$77,30 per barel, naik US$2,47 atau 3,3%.
Harga tertinggi harian Brent sebesar US$81,40 per barel merupakan harga tertinggi dalam 11 hari terakhir.
Harga melonjak setelah pemerintah yang berbasis di timur Libya mengumumkan penutupan semua ladang minyak pada hari Senin, menghentikan produksi dan ekspor.
Baca Juga: Pemerintah Libya Timur Umumkan Penutupan Semua Ladang Minyak
Pemerintah Benghazi tidak diakui secara internasional tetapi mengendalikan sebagian besar ladang minyak Libya.
Perusahaan Minyak Nasional yang berbasis di Tripoli, yang mengontrol sumber daya minyak, dan pemerintah Tripoli yang diakui secara internasional, belum mengonfirmasi berita tersebut.
Faksi-faksi di Libya tengah berebut kekuasaan untuk mengendalikan bank sentral dan pendapatan minyak.
"Risiko terbesar bagi pasar minyak kemungkinan adalah penurunan lebih lanjut dalam produksi minyak Libya akibat ketegangan politik di negara tersebut, dengan risiko produksi bisa turun dari level saat ini sebesar 1 juta barel per hari menjadi nol," kata analis Giovanni Staunovo dari bank Swiss UBS.
"Kami mungkin melihat sebagian besar produksi Libya akan offline untuk sementara waktu," tambah analis Saxo Bank, Ole Hansen.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Naik 2% Senin (26/8), Brent ke US$80,66 dan WTI ke US$76,38
Investor tetap waspada terhadap tindakan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, atau OPEC+, yang berencana untuk meningkatkan produksi akhir tahun ini, kata Priyanka Sachdeva, analis pasar senior di Phillip Nova.
"Kebanyakan peramal minyak memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak tahun 2025 akan berkisar sekitar 1 juta barel per hari. Jika Libya mengalami perang saudara lagi, keseimbangan permintaan dan pasokan minyak tahun 2025 bisa sangat mirip dengan tahun ini meskipun ada peningkatan produksi dari Arab Saudi dan Rusia," tambah Viktor Katona, analis utama minyak mentah di Kpler.
Harga minyak dibuka lebih tinggi setelah Hezbollah menembakkan ratusan roket dan drone ke Israel pada hari Minggu, dan militer Israel mengatakan bahwa mereka menyerang Lebanon dengan sekitar 100 jet untuk menggagalkan serangan yang lebih besar.
Salah satu bentrokan terbesar dalam lebih dari 10 bulan perang perbatasan ini meningkatkan kekhawatiran akan konflik yang lebih luas di wilayah tersebut.
Baca Juga: Harga Minyak Mentah Terus Turun untuk Hari ke-3, Ini Sentimen yang Membayangi
"Faktor risiko geopolitik kemungkinan akan mempengaruhi pasar minyak secara signifikan," kata Kelvin Wong, analis pasar senior di OANDA di Singapura.
Kenaikan pada hari Senin ini terjadi setelah kedua patokan minyak mengalami kenaikan lebih dari 2% pada hari Jumat (23/8), ketika Ketua The Fed Jerome Powell mendukung dimulainya penurunan suku bunga.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News