Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak bergerak naik pada Rabu (26/3) akibat kekhawatiran terhadap pasokan global, setelah Amerika Serikat (AS) meningkatkan upaya untuk membatasi ekspor minyak Venezuela dan Iran.
Penurunan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan juga turut mendukung kenaikan harga.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik 20 sen atau 0,3% menjadi US$73,22 per barel pada pukul 04.04 GMT.
Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS juga naik 20 sen atau 0,3% menjadi US$69,20 per barel.
Baca Juga: Minyak Ditutup Mixed, Gencatan Senjata Rusia-Ukraina Imbangi Kekhawatiran Pasokan
Kedua kontrak harga minyak tersebut sebelumnya telah mencapai level tertinggi dalam tiga pekan pada sesi perdagangan sebelumnya.
“Harga minyak tetap dalam tren bullish setelah sanksi Trump terhadap minyak Venezuela, yang meningkatkan kekhawatiran di sisi pasokan,” kata Priyanka Sachdeva, analis pasar senior di Phillip Nova, dalam laporan pasar Rabu ini.
Pada Senin lalu, Trump menandatangani perintah eksekutif yang mengizinkan pemerintahannya untuk mengenakan tarif 25% atas impor dari negara mana pun yang membeli minyak dan bahan bakar cair dari Venezuela, berdasarkan Undang-Undang Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional 1977.
Minyak merupakan ekspor utama Venezuela, dengan China sebagai pembeli terbesar. Namun, perdagangan minyak Venezuela ke China terhenti pada Selasa karena para pedagang dan kilang China masih menunggu arahan lebih lanjut mengenai implementasi sanksi tersebut.
Selain itu, pekan lalu Washington juga memberlakukan sanksi baru terhadap penjualan minyak Iran, menargetkan beberapa entitas, termasuk Shouguang Luqing Petrochemical—sebuah kilang independen di Provinsi Shandong, China—dan kapal-kapal yang memasok minyak ke kilang tersebut. China sendiri merupakan pembeli utama minyak mentah Iran.
Baca Juga: Harga Minyak Naik 5 Hari Beruntun Selasa (25/3), Brent ke US$73,27 & WTI ke US$69,37
Di sisi lain, pasar minyak mendapat dorongan positif dari laporan American Petroleum Institute (API) yang menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS turun 4,6 juta barel pekan lalu, lebih besar dari perkiraan analis yang hanya memperkirakan penurunan 1 juta barel.
Data resmi dari pemerintah AS mengenai stok minyak akan dirilis pada Rabu ini.
Meskipun harga minyak mengalami kenaikan, Sachdeva memperingatkan bahwa tren ini mungkin bersifat sementara karena potensi perlambatan ekonomi akibat kebijakan tarif Trump dapat membatasi lonjakan harga lebih lanjut.
Selain itu, harga minyak juga dibatasi oleh perkembangan geopolitik terbaru, di mana AS telah mencapai kesepakatan dengan Ukraina dan Rusia untuk menghentikan serangan di laut dan terhadap infrastruktur energi.
Sebagai bagian dari kesepakatan ini, Washington setuju untuk mendorong pencabutan beberapa sanksi terhadap Moskow.
Baik Kyiv maupun Moskow telah menyatakan akan mengandalkan AS untuk menegakkan kesepakatan ini, meskipun kedua belah pihak masih meragukan komitmen pihak lawan dalam mematuhinya.
Selanjutnya: Bea Keluar Melonjak di Tengah Merosotnya Cukai
Menarik Dibaca: Ragam Promo Janji Jiwa Mudik: Mulai dari Buy 2 Get 1 Minuman hingga Cashback 100%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News