kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak dunia berpeluang merangkak naik, ini sentimennya


Kamis, 31 Oktober 2019 / 20:23 WIB
Harga minyak dunia berpeluang merangkak naik, ini sentimennya
ILUSTRASI. Flames emerge from flare stacks at Nahr Bin Umar oil field, north of Basra, Iraq September 16, 2019. REUTERS/Essam Al-Sudani TPX IMAGES OF THE DAY


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Cepat berubah haluan, tren pergerakan harga minyak dunia hingga akhir tahun diyakini berada dalam tren naik. Sebagaimana diketahui, beberapa waktu sebelumnya harga minyak sempat berada dalam tren penurunan dan bahkan sempat menyentuh area US$ 50 per barel di 28 Oktober 2019.

Mengutip Bloomberg pukul 19.42 WIB, Kamis (31/10) minyak Brent pengiriman Desember 2019 ke US$ 60,49 per barel atau turun 0,20%.

Sementara, minyak West Texas Intermediate (WTI) pengiriman Desember 2019 ke US$ 54,38 per barel atau turun 1,24%. Merupakan penurunan empat hari berturut-turut.

Baca Juga: Harga gas industri batal naik, ini sikap serikat pekerja PGN

Analis Globbal Kapital Investama Alwi Assegaf melihat masih ada peluang harga minyak rebound. Mengingat, perubahan harga yang terjadi saat ini cukup cepat, tekanan terhadap harga minyak tidak lepas dari isu perlambatan ekonomi global, akibat memanasnya hubungan perang dagang antara AS dan China.

"Namun sentimen yang berkembang sekarang membuat risk appetite asset meningkat karena Presiden AS Donald Trump mau menandatangani kesepakatan dagang dengan China pada pertemuan APEC nanti. Alhasil, sentimen mampu mengangkat harga minyak," jelas Alwi kepada Konta.co.idn, Kamis (31/10).

Selain itu, data cadangan minyak AS pekan lalu yang mencatatkan penurunan sebesar 1,7 juta barel turut mengangkat harga minyak. Walaupun perlu diakui bahwa data EIA masih mencatatkan kenaikan cadangan minyak global yang di sisi lain turun menekan harga minyak global.

Baca Juga: Harga minyak tertekan kenaikan stok tak terduga di AS

Untungnya, sentimen terbaru seperti pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) berhasil menjadi sentimen pemanis bagi pergerakan harga minyak dunia hari ini.

Ini terbukti dari meningkatnya minat pelaku pasar terhadap aset-aset berisiko sebagaimana yang tampak pada indeks S&P 500 yang sempat menyentuh rekor baru.

Ditambah lagi, ekspektasi pasar terhadap rencana pemangkasan output lanjutan oleh negara-negara pengekspor minyak atau OPEC, terus menjaga sentimen kenaikan harga minyak hingga akhir tahun.

Saat ini, pelaku pasar optimistis bahwa OPEC bakal memangkas produksi minyak lebih dari 1,2 juta barel per hari, dan tampaknya rencana tersebut bakal mendapat restu dari salah satu negara produsen minyak, Rusia.

Baca Juga: Harga minyak cenderung turun sejak awal pekan

Alwi juga meyakini bahwa OPEC bersama Rusia akan terus menjaga pergerakan harga minyak tetap stabil di sisa 2019. Sehingga upaya pemangkasan produksi tidak dapat dihindari. Ditambah lagi penurunan suku bunga The Fed memicu pelemahan dollar AS, dan sisi lain berhasil mengangkat kenaikan harga minyak.

"Secara teknikal, selama harga minyak berada di atas support US$ 54,90 per barel maka tren jangka pendek masih akan bullish," jelas Alwi.

Hingga akhir tahun, sentimen seperti pemangkasan produksi yang bakal dilakukan OPEC dan kemungkinan bakal mendapat dukungan dari Rusia, bakal jadi sentimen utama yang mengangkat harga minyak di sisa 2019.

Apalagi, kilang produsen minyak Arab yakni Aramco berencana melakukan initial public offering (IPO) dalam waktu dekat, sehingga kilang bakal ikut berkontribusi dalam menjaga stabilitas harga minyak demi menciptakan valuasi yang menarik.

Baca Juga: Harga CPO Naik, Industri Melirik Kredit

Apalagi, jika pada pertemuan Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) antara AS dengan China di pertengahan November nanti mampu menciptakan kesepakatan dan Trump benar-benar sepakat untuk tidak memberikan tarif dagang tambahan kepada Negeri Tirai Bambu.

Sentimen perang dagang sampai saat ini masih jadi fokus pelaku pasar, sehingga jika kondisinya mereda maka akan menjadi sentimen positif pula bagi harga minyak ke depan.

"Saat ini kami masih merekomendasikan Buy, dengan perkiraan harga akhir tahun US$ 58,85 per barel, meskipun tidak menutup kemungkinan harga minyak WTI menyentuh level US$ 60,97 per barel didukung sentimen pemangkasan produksi dari OPEC," tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×