Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Harga minyak sedikit berubah pada hari Selasa (26/3), setelah naik pada sesi sebelumnya. Investor mengambil pandangan yang lebih beragam terhadap hilangnya kapasitas kilang Rusia setelah serangan Ukraina baru-baru ini, meskipun dolar AS yang sedikit lebih lemah memberikan beberapa dukungan.
Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent untuk bulan Mei turun 6 sen menjadi US$86,69 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 4 sen menjadi US$81,91 per barel pada pukul 07.01 GMT.
Harga minyak Brent naik 1,5% di sesi Senin (25/3). Sementara WTI naik 1,6% lebih tinggi setelah pemerintah Rusia memerintahkan perusahaan-perusahaan untuk memangkas produksi pada kuartal kedua untuk memenuhi target 9 juta barel per hari (bph) guna memenuhi janji kepada kelompok konsumen OPEC+.
Rusia, yang merupakan tiga produsen minyak terbesar dunia dan salah satu eksportir produk minyak terbesar, juga menghadapi serangan baru-baru ini terhadap kilang minyaknya oleh Ukraina yang menurut para analis Goldman Sachs telah mematikan kapasitas sekitar 900.000 barel per hari, mungkin selama berminggu-minggu dan bahkan dalam beberapa tahun ke depan.
“Dampak gangguan penyulingan terhadap harga minyak mentah beragam, dengan efek bearish dari penurunan permintaan kilang dan efek bullish dari potensi pengurangan ekspor minyak Rusia,” kata para analis dalam sebuah catatan.
Setelah serangan pesawat tak berawak Ukraina pada hari Sabtu, produsen minyak Rusia Rosneft menutup unit minyak mentah berkapasitas 70.000 barel per hari di kilang Kuibyshev di kota Samara.
Meskipun konsekuensi dari serangan dan pemotongan harga oleh Rusia tampak tidak jelas, dolar AS yang sedikit melemah dari sesi sebelumnya agaknya mendukung harga.
Melemahnya dolar biasanya membuat pembelian minyak dalam mata uang lain menjadi lebih murah sehingga dapat meningkatkan permintaan secara keseluruhan.
“Dolar AS mungkin terus menghadapi tekanan turun karena The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunganya pada akhir tahun ini, yang berpotensi memberikan faktor bullish pada harga minyak,” kata analis pasar independen Tina Teng.
Meningkatnya premi geopolitik seiring dengan berlanjutnya konflik Israel-Gaza juga mendukung kenaikan harga, meskipun dampak langsungnya terhadap pasokan di kawasan Timur Tengah masih belum terlihat.
“Premi risiko geopolitik yang positif karena tidak ada terobosan gencatan senjata yang jelas antara Israel dan Hamas, tetap menjadi faktor pendukung utama harga minyak pada saat ini,” kata senior market analyst Kelvin Wong di OANDA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News