kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak brent melonjak 5,21% sepekan, tertinggi sejak Oktober 2019


Minggu, 14 Februari 2021 / 07:25 WIB
Harga minyak brent melonjak 5,21% sepekan, tertinggi sejak Oktober 2019


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski kenaikan harga sempat tersendat pada hari Kamis, harga minyak menutup pekan ini di level tertinggi. Jumat (12/2), harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk kontrak Maret 2021 di New York Mercantile Exchange berada di US$ 59,47 per barel, menguat 2,11% ketimbang hari sebelumnya.

Dalam sepekan, harga minyak WTI menguat 4,60%. Harga minyak brent untuk kontrak April 2021 di ICE Futures bahkan melesat 5,21% dalam sepekan.

Harga minyak brent pekan ini ditutup pada US$ 62,43 per barel, naik 2,11% dalam sehari.  Menurut data Bloomberg, harga minyak brent ini merupakan level tertinggi sejak Oktober 2019. Sedangkan harga minyak WTI merupakan level tertinggi sejak November 2018.

Harga minyak terangkat harapan stimulus Amerika Serikat (AS) akan meningkatkan ekonomi dan permintaan bahan bakar. Pasokan minyak mengetat karena sebagian besar pemotongan produksi oleh negara-negara produsen teratas pada OPEC+.

Baca Juga: Perpres baru, ada sanksi penghentian bansos dan denda jika tak ikuti vaksinasi Covid

Presiden AS Joe Biden akan bertemu dengan kelompok bipartisan walikota dan gubernur. Dia terus mendorong persetujuan rencana bantuan virus corona senilai US$ 1,9 triliun untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan membantu jutaan pekerja yang menganggur.

Ketiga indeks saham utama AS berada di jalur untuk kenaikan mingguan kedua berturut-turut. Penurunan tajam dalam kasus Covid-19 baru dan rawat inap meningkatkan harapan kehidupan pada akhirnya akan kembali normal.

"Stimulus AS yang diharapkan dan kemajuan vaksin yang sedang berlangsung kemungkinan akan mempertahankan selera untuk aset berisiko dalam menawarkan dukungan ke pasar minyak," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois kepada Reuters.

Harga minyak meningkat selama beberapa pekan terakhir karena sebagian pengurangan produksi dari OPEC+. "Harga minyak menahan kenaikan baru-baru ini minggu ini, didukung oleh tanda-tanda lebih lanjut bahwa stok minyak mentah, terutama di AS, sedang jatuh," kata analis Capital Economics dalam sebuah catatan.

"Kami mengantisipasi bahwa persediaan akan turun lebih lanjut akhir tahun ini karena permintaan bahan bakar transportasi meningkat seiring dengan pelonggaran pembatasan terkait virus pada perjalanan," ungkap Capital Economics.

Baca Juga: Wagub DKI menyebut vaksinasi Covid-19 terhadap nakes di Jakarta sudah 88%

Namun, OPEC minggu ini menurunkan ekspektasi untuk permintaan minyak global pulih pada 2021. Dia memangkas perkiraannya sebesar 110.000 barel per hari (bph) menjadi 5,79 juta barel per hari.

Badan Energi Internasional atawa International Energy Agency (IEA) mengatakan pasokan minyak masih melebihi permintaan global, meskipun vaksin COVID-19 diharapkan dapat mendukung pemulihan permintaan. "Laporan (IEA) melukiskan gambaran yang lebih pesimis daripada yang diperkirakan pelaku pasar karena harga tinggi saat ini," kata Commerzbank.

Rebalancing pasar minyak juga bisa menghadapi hambatan jika produksi AS naik. Menurut data Baker Hughes, pengebor AS minggu ini menambahkan rig minyak dan gas alam selama 12 minggu berturut-turut, penambahan terpanjang sejak Juni 2017.

Baca Juga: UPDATE Corona Indonesia, Sabtu (13/2): Tambah 8.844 kasus baru, hindari kerumunan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×