Reporter: Dupla Kartini, Bloomberg | Editor: Dupla Kartini
ARAB SAUDI. Harga minyak mentah berpeluang jatuh di semester kedua tahun ini. Economist Intelligence Unit (EIU) memperkirakan, minyak berpeluang terkoreksi, karena para produsen minyak global dinilai mampu menggantikan jumlah pasokan yang hilang dari Iran.
Ekonom Senior Caroline Bain memperkirakan, harga rata-rata minyak Brent dalam enam bulan pertama di tahun ini yaitu di US$ 115 per barrel. "Kemudian, di semester kedua, harga rata-rata akan turun ke level US$ 105 per barel," prediksinya.
Menurut Bain, kemungkinan melemahnya harga minyak mulai Juli mendatang, sebagai dampak dari terkendalinya pasokan global. "Pasokan minyak dunia akan berlebih di tahun ini," ujarnya.
Belum lama ini, minyak Brent sempat diperdagangkan di dekat level tertinggi enam bulan. Reli harga emas hitam ini dipicu kekhawatiran pasokan dari Timur Tengah bakal terhambat karena ketegangan antara Eropa dengan Iran. Bulan lalu, Uni Eropa memutuskan untuk melarang impor minyak Iran mulai 1 Juli mendatang.
Adapun, kontrak minyak Brent untuk penyelesaian Maret naik 0,2% ke Us$ 118,18 per barel di ICE Futures Europe pada pukul 12.01 waktu London. Bahkan, pada 9 Februari, kontrak yang sama sempat diperdagangkan di posisi US$ 118,79 per barel. Ini level tertinggi sejak 1 Agustus silam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News