kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga minyak bertahan di kisaran US$ 50 sebarel


Jumat, 21 Oktober 2016 / 19:35 WIB
Harga minyak bertahan di kisaran US$ 50 sebarel


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Harga minyak bertahan di sekitar US$ 50 per barel di tengah isu pembatasan produksi yang terus berkembang. Penurunan cadangan minyak Amerika Serikat (AS) serta harapan perbaikan permintaan di musim dingin menjadi sumber amunisi bagi outlook harga minyak mentah.

Mengutip Bloomberg, Jumat (21/10) pukul 17.30 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman Desember 2016 di New York Mercantile Exchange naik 0,41% ke level US$ 50,65 per barel. Dalam sepekan terakhir, harga minyak juga tercatat naik 0,17%.

Putu Agus Pransuamitra, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures menjelaskan, harga minyak sempat dilanda aksi profit taking sebelum menguat di akhir pekan. "Secara fundamental, minyak masih cukup positif didukung oleh penurunan cadangan minyak Amerika Serikat, serta optimisme Arab Saudi bahwa tingkat pasokan dan permintaan akan seimbang," paparnya.

Berdasarkan rilis Energy Information Administration (EIA), cadangan minyak AS per pekan lalu susut 5,2 juta barel. Penurunan tersebut meleset dari perkiraan kenaikan sebesar 2,2 juta barel. Cadangan minyak AS kini berada di level terendah sejak Januari. Rilis EIA sempat membuat harga minyak melonjak 2,4% ke level US$ 52,85 pada Rabu lalu (19/10).

Pelaku pasar saat ini masih menunggu kejelasan terkait pembatasan produksi termasuk kesediaan Rusia untuk bergabung. Presiden Rusia Vladimir Putin telah berjanji untuk mendukung upaya OPEC membatasi produksi. Tetapi produsen minyak terbesar Rusia, Rosneft PJSC mengaku mampu meningkatkan output secara signifikan. Produsen milik pemerintah itu menyatakan Rusia memiliki kapasitas untuk menambah produksi hingga 4 juta barel per hari jika ada permitaan.

Pernyataan ini membuat pasar kembali ragu mengenai keinginan Rusia untuk memangkas produksi. "Tetapi pernyataan itu sepertinya tidak membawa tekanan besar karena Presiden Rusia siap untuk bekerja sama," kata Putu.

Putu menilai, peluang rebound harga minyak masih cukup besar. Apalagi permintaan minyak sebagai sumber energi kemungkinan akan bertambah menjelang musim dingin. Sedangkan potensi penurunan harga kemungkinan terbatas hingga US$ 49 per barel. Kecuali jika ada kejutan seperti kenaikan cadangan minyak AS yang cukup signifikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×