kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga minyak berpeluang menyentuh US$ 24 per barel pekan ini


Senin, 16 Maret 2020 / 18:05 WIB
Harga minyak berpeluang menyentuh US$ 24 per barel pekan ini
ILUSTRASI. Harga minyak mentah dunia kembali terjun bebas pada Senin (16/3).


Reporter: Arvin Nugroho | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak mentah dunia kembali terjun bebas pada Senin (16/3). Berdasarkan Bloomberg, hari ini pukul 17.57 WIB, harga minyak jenis WTI kontrak pengiriman April 2020 anjlok 5,70% ke level US$ 29,92 per barel. Hal yang sama juga terjadi pada minyak jenis Brent dengan kontrak pengiriman Mei 2020 yang anjlok 8,63% ke level US$ 30,93 per barel.

Analis Central Capital Futures Wahyu Tribowo Laksono mengatakan, anjloknya harga minyak dunia di awal pekan ini masih dipengaruhi oleh perang harga minyak antara Arab Saudi dan Rusia. Dengan tidak diperpanjangnya kesepakatan pemangkasan produksi minyak antara Rusia dan OPEC mengakibatkan harga minyak melemah.

Rusia dikabarkan akan melakukan produksi besar-besaran untuk mengalahkan perusahaan minyak mentah di Amerika Serikat (AS). Namun, langkah itu dibalas oleh Arab Saudi yang berjanji akan meningkatkan pasokan dan membanjiri pasar dengan minyak mentah murah yang bertujuan menaikkan penjualan ke Asia dan Eropa.

Baca Juga: Harga minyak WTI jatuh ke US$ 30,75 per barel, menembus level rekor termurah

Wahyu melihat, kelebihan pasokan minyak mentah dunia terjadi akibat adanya pasar bebas dan perang dagang yang dilakukan Arab Saudi. Belum lagi, krisis akibat virus corona juga akan berdampak pada menurunnya permintaan minyak. Strategi melimpahkan pasokan kemungkinan diarahkan untuk mematikan kompetitor, Rusia.

Selain itu, Wahyu melihat langkah The Fed yang memangkas suku bunga di luar jadwal yang sudah ditentukan membuat harga minyak semakin jatuh. Sebagai informasi, The Fed memutuskan untuk memangkas suku bunga 100 basis poin dengan rentang 0%-0,25% pada pertemuan darurat yang digelar Minggu (15/3). The Fed juga menjanjikan ekspansi neraca sebesar US$ 700 miliar.

Di samping itu, Direktur Utama PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Emas melihat pemangkasan suku bunga The Fed di pertemuan darurat itu direspons negatif oleh pelaku pasar. Sehingga, secara tidak langsung berpengaruh terhadap menurunnya harga minyak hari ini.

Baca Juga: Pertamina pastikan pasokan BBM&LPG aman di tengah merebaknya corona

Merebaknya virus corona di negara-negara Asia, Eropa, dan AS membuat sejumlah negara melakukan isolasi. Di Eropa, Italia telah melakukan isolasi seluruh wilayahnya dan disusul oleh Prancis yang telah meliburkan sekolah-sekolah. Teranyar, Spanyol akan mengikuti jejak Italia. Sementara, Presiden AS Donald Trump kemudian melarang wisatawan Eropa.

Ibrahim menilai dengan dilakukannya isolasi sejumlah negara mengakibatkan aktivitas penerbangan terganggu. Sehingga, kebutuhan dunia penerbangan terhadap avtur turun signifikan.

Di Asia, negara importir minyak seperti China, Korea Selatan dan Jepang juga terkena imbas dari virus corona. Imbasnya, permintaan minyak dunia turun yang memicu terjadinya oversupply. “Secara teknikal, bisa saja minyak mentah dunia akan kembali menyentuh US$ 26,50 per barel,” kata Ibrahim.

Baca Juga: Tertekan harga minyak, Radiant Utama (RUIS): Ada potensi revisi target kinerja

Wahyu bilang potensi harga minyak untuk menyentuh titik terendah di level US$ 20 per barel– US$ 10 per barel dapat terjadi bila kondisi saat ini berlangsung lama. Ke depan, harga minyak mentah dunia akan dipengaruhi oleh adanya pasar bebas. Kondisi pasar bebas denga produksi minyak tanpa batas dan tanpa aturan serta kesepakatan menjadi masalah serius yang dihadapi oleh pasar minyak.

Sehingga ancaman penurunan harga minyak masih terbuka. “Selama kebijakan produsen utama minyak mentah masih barbar, kecil harapan minyak akan menguat,” kata Wahyu.

Sementara, Ibrahim menilai harga minyak tergantung dengan perkembangan virus corona setelah kuartal I selesai. Seandainya pada kuartal II, virus corona telah teratasi, potensi untuk stabil akan terbuka lebar. Sebaliknya, akan sangat berat untuk naik bila virus corona masih belum teratasi hingga kuartal II.

Baca Juga: Gaikindo tunda penyelenggaraan GIIAS di Surabaya akibat wabah virus corona

Wahyu menghitung harga minyak di kuartal I akan bergerak di rentang US$ 20–US$ 40 per barel dengan harga akhir tahun di level US$ 30 per barel. Sedang, Ibrahim menghitung harga minyak di kuartal I dan akhir tahun akan bergerak di rentang US$ 24,00–US$ 65,63 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×