Reporter: Namira Daufina, Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Akhirnya harga komoditas logam mulia kembali berpendar. Hingga semester satu lalu, harga komoditas logam mulia cenderung menguat. Kenaikan harga tersebut terjadi antara lain karena pasar merespon hasil referendum keluarnya Inggris dari Uni Eropa, atawa Brexit, serta penundaan kenaikan suku bunga AS.
Analis memprediksi kenaikan harga komoditas logam mulia berpotensi berlanjut hingga akhir tahun. Berikut ulasan prospek harga logam mulia tahun ini.
- Emas
Mengutip Bloomberg, harga emas kontrak pengiriman Agustus 2016 di Commodity Exchange per 30 Juni lalu mencapai US$ 1.320,6 per ons troi. Artinya si kuning sudah terbang 24,3% dari harga akhir tahun lalu di posisi US$ 1.062,4 per ons troi.
Deddy Yusuf Siregar, Research & Analyst Asia Tradepoint Futures, menjelaskan, kontraksi ekonomi di China dan Eropa serta meredupnya peluang The Fed menaikkan suku bunga jadi katalis positif bagi emas.
"Puncaknya, pasca hasil referendum yang setuju Inggris angkat kaki dari Eropa," jelas dia. Aset kepemilikan emas di Exchange Traded Funds (ETF) pun kembali naik 4,1 ton menjadi 2.001,4 ton. Angka ini melesat 37% dibanding posisi di awal tahun.
Karena itu, Deddy memprediksi kenaikan harga emas bisa berlanjut hingga akhir tahun. "Situasi zona Eropa akan memburuk dan di saat yang sama The Fed pasti akan menahan diri menaikkan suku bunga," katanya.
Harga emas memang masih terus naik. Per Jumat (8/7) lalu, harga emas mencapai US$ 1.358,40, setelah sebelumnya sempat mencapai posisi tertinggi tahun ini di US$ 1.367,10 per ons troi.
Analisa Deddy, harga emas akan bergerak di kisaran US$ 1.360-US$ 1.400 per ons troi sampai akhir tahun. UBS Group AG juga memprediksi harga emas akhir tahun bisa menyentuh US$ 1.400 per ons troi. Sementara harga rata-rata emas pada semester dua, prediksi UBS, mencapai US$ 1.340 per ons troi.
Cuma, investor perlu mewaspadai potensi penurunan jangka pendek harga emas. Ada beberapa penyebab. Pertama, harga saat ini sudah tinggi, sehingga bisa memancing aksi profit taking.
Kedua, impor emas India, konsumen emas terbesar kedua di dunia, turun 52% menjadi 218 ton di semester I-2016. Ketiga, "Koreksi juga bisa terjadi jika The Fed menaikkan suku bunga," jelas Deddy. Toh, ia yakin harga harga emas tahun ini akan bullish.
- Perak
Harga perak kontrak pengiriman September 2016 di Commodity Exchange pada 30 Juni lalu mencapai US$ 18,623 per ons troi. Artinya, si putih sudah naik 33,98% bila dihitung dari posisi harga di akhir 2015.
Senior Research & Analyst Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menjelaskan, volatilitas pasar global mendukung momentum penguatan perak. Seperti emas, harga perak naik lantaran hasil referendum Brexit menekan ekonomi global dan The Fed urung menaikkan bunga.
Alhasil, pelaku pasar memburu logam mulia. Ariston menilai, prospek perak akan terus menanjak hingga akhir tahun, mengingat drama Brexit masih mungkin berlanjut. "Masih ada potensi Inggris mengadakan referendum lagi," lanjutnya.
Selain itu, jika bank sentral di berbagai negara menambah stimulus ekonomi, maka akan membawa sentimen positif pada harga perak. Ariston menghitung perak bisa mencapai harga tertinggi di US$ 21,500 kuartal III-2016 ini. Namun jika ada sentimen negatif dan pasar berbalik arah, maka harga perak berpotensi turun sampai US$ 18.000 per ons troi.
- Platinum
Pada penutupan perdagangan 30 Juni 2016 lalu, harga platinum kontrak pengiriman Oktober 2016 di New York Mercantile Exchange capai US$ 1.024,3 per ons troi. Posisi tersebut naik 14,39% dari akhir tahun 2015.
Ketidakstabilan pasar global yang terjadi saat ini diperkirakan masih akan menopang harga logam mulia, tak terkecuali platinum. Permintaan terhadap platinum pun diramal terus menanjak.
Bloomberg Intelligence melaporkan, permintaan platinum tahun ini akan naik 62% akibat naiknya permintaan platinum untuk autocatalyst. Permintaan platinum untuk perhiasan juga melesat 34%. Selain itu, permintaan logam mulia ini untuk investasi juga naik 4% dibandingkan dengan tahun 2015.
"Tentunya faktor fundamental yang positif ini semakin mendongkrak pergerakan harga platinum," tutur Ibrahim, Direktur Garuda Berjangka.
Menurut analisa Ibrahim, harga platinum bisa terus naik hingga akhir 2016. Tapi dengan catatan, stimulus yang digelontorkan pemerintah China, Jepang dan Eropa bisa meningkatkan aktivitas industri dan menyerap pasokan yang ada di pasar global.
"Kenaikannya harus terjaga, mengingat saat ini permintaan platinum belum bisa sepenuhnya pulih akibat ekonomi yang goyah," jelas Ibrahim.
Tambah lagi, kepemilikan platinum di ETF juga mengerdil. Bloomberg Intelligence memprediksi kepemilikan aset platinum di ETF tahun 2016 ini akan turun 2% dibanding tahun sebelumnya.
Toh, perannya sebagai safe haven membuat platinum bisa mencapai harga US$ 1.279 per ons troi tahun ini. Menurut perhitungan Ibrahim, akhir kuartal III-2016 ini, harga platinum bisa mencapai US$ 1.130 per ons troi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News