Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mirae Asset Sekuritas Indonesia memproyeksikan pemulihan akan berjalan baik di 2022. Tim riset Mirae Asset dalam pemaparannya, Jumat (24/11) melayangkan pandangan optimis pada ekuitas Indonesia di 2022. Hal itu seiring dengan harga komoditas yang menguntungkan.
Pada dasarnya, tahun depan Mirae Asset memproyeksikan target IHSG akhir 2022 di 7.600 atau terjadi kenaikkan 15,1%. Hal itu didukung oleh pertumbuhan pendapatan yang berkelanjutan dan preferensi investor untuk kelas aset ekuitas pasar negara berkembang karena pasar negara berkembang memberikan pertumbuhan yang lebih tinggi daripada di pasar negara maju.
Aliran masuk asing ke ekuitas Indonesia kemungkinan akan berlanjut pada 2022.
Sebagai negara dengan eksposur ekspor komoditas yang besar, Indonesia menikmati nilai ekspor yang lebih tinggi selama siklus naik komoditas. Sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi dan pendapatan yang lebih tinggi.
Baca Juga: IHSG Diramal Menguat Pada Selasa (28/12), Cermati Saham-Saham Ini
Secara historis, arus masuk asing neto ke ekuitas Indonesia meningkat ketika harga komoditas lebih tinggi seperti yang ditunjukkan selama 2013-2014 dan 2020-2021.
Nah, karena Mirae Asset memperkirakan harga komoditas yang menguntungkan akan berlanjut pada tahun 2022, pihaknya juga memperkirakan hal ini akan terus menarik arus masuk asing lebih lanjut ke ekuitas Indonesia.
Memonetisasi momentum harga CPO yang menguntungkan
Indonesia sebagai produsen CPO terbesar di dunia diuntungkan ketika harga CPO sedang naik karena proporsi perkebunan CPO yang cukup besar dimiliki oleh petani kecil, bukan perusahaan, yang seharusnya langsung mendongkrak daya beli mereka.
Baca Juga: IHSG Menguat, Asing Banyak Melego Saham-Saham Ini di Awal Pekan
Harga CPO yang menguntungkan cenderung mendongkrak pendapatan dan pendapatan IHSG.
"Menurut kami, dampak positif penuh dari harga CPO yang menguntungkan akan dimulai pada tahun 2022 ketika para petani kecil perkebunan CPO, yang cenderung meningkatkan tabungan mereka pada tahun 2021, mulai membelanjakan uang mereka pada tahun 2022," tulisnya.
Total simpanan dan simpanan dalam sistem perbankan Indonesia meningkat sekitar Rp 602 triliun selama pandemi atau dari Rp 4.578 triliun pada Februari 2020 menjadi Rp 5.180 triliun pada September 2021. Mirae Asset melihat hal tersebut yang akan meningkatkan pengeluaran ketika kepercayaan konsumen Indonesia pulih.
Normalisasi kebijakan moneter The Fed seharusnya memiliki dampak yang relatif terbatas terhadap IHSG.
Di sisi lain, untuk memerangi inflasi yang sangat tinggi, The Fed kemungkinan akan mempercepat jadwal pengurangan pembelian obligasi bulanan dan menaikkan suku bunga Fed-nya.
Baca Juga: IHSG Ditutup di Zona HIjau, Saham-Saham Ini Banyak Diborong Asing
Belajar dari kebijakan pengetatan moneter AS terakhir (menaikkan Fed rate dan menurunkan neraca Fed) ketika inflasi AS meningkat pada tahun 2015 – 2019, IHSG mampu mengungguli, dipimpin oleh sektor perbankan (JAKFIN).
"Menurut kami, normalisasi kebijakan moneter The Fed saat ini juga akan berdampak relatif terbatas terhadap IHSG," sebutnya.
Dari sana, pilihan utama Mirae Asset condong ke bank, pengecer kelas atas, dan pertambangan batu bara yang membuka jalan bagi BBNI, BMRI, BBRI, BTPS, BJTM, MAPA, ADRO, dan ITMG.
"Pada tanggal 7 Desember, pilihan teratas kami dengan bobot yang sama menghasilkan akumulasi pengembalian sebesar 43,8% dibandingkan akumulasi pengembalian IHSG sebesar 3,3% sejak dimulainya laporan pilihan teratas bulanan kami pada Agustus 2019. Oleh karena itu, pilihan utama kami mengungguli IHSG sebesar 40,5%," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News