Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini, harga komoditas batubara diproyeksikan masih menghadapi jalan terjal. Mulai dari permintaan dari China yang menurun hingga perlambatan ekonomi global masih membayangi langkah emas hitam ini.
Analis NH Korindo Sekuritas Meilki Darmawan memprediksi, harga batubara ICE Newcastle (CV: 6,000 kcal/kg) untuk setahun ke depan akan berada di rentang US$ 65 per metrik ton –US$ 75 per metrik ton atau turun sekitar 3,8%-14,5% dari rata-rata harga sepanjang 2019 yakni US$ 78 per metrik ton.
Baca Juga: Nippon Indosari Corpindo (ROTI) bukukan kenaikan laba 74,30%, ini penjelasannya
Perlambatan ekonomi dunia akan berdampak pada permintaan batubara secara global yang berpotensi menurun pada tahun 2020. “Proyeksi kami terkait estimasi laba secara sektoral pada 2020 akan menurun di rentang 3,5%-7,8% year-on-year bersamaan dengan prediksi Average Selling Price (ASP) dari emiten batubara akan lebih kecil di tahun ini,” tulis Meilki dalam riset (28/2).
NH Korindo Sekuritas sendiri memberikan rating netral untuk sektor batubara pada tahun ini. Beberapa faktor yang akan mempengaruhi industri batubara diantaranya produksi batubara nasional yang diprediksi masih akan melebihi dari target pemerintah. Hal ini akan berdampak pada kelebihan pasukan (oversupply).
Biaya operasional emiten batubara juga diprediksi bakal meningkat. Sebab, emiten harus memacu volume produksi untuk menopang penjualan seiring melemahnya harga jual batubara.
Kontan.co.id mencatat, beberapa emiten batubara berencana untuk meningkatkan volume produksi mereka tahun ini. PT Adaro Energy Tbk (ADRO) misalnya, menargetkan memproduksi batubara sekitar 54 juta ton-58 juta ton atau 7% lebih tinggi dari tahun lalu.
Baca Juga: Dampak pemangkasan suku bunga The Fed terhadap penguatan IHSG diprediksi sementara
Pun dengan emiten tambang pelat merah, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang menargetkan produksi 30,3 juta ton batubara atau naik sekitar 4% dari realisasi tahun 2019.
Selain itu, menurut Meilki permintaan dari China berpotensi lebih rendah dari tahun sebelumnya karena adanya regulasi pengurangan emisi. Pelemahan permintaan ini juga berkaitan dengan kebijakan pengurangan impor dan wabah virus Negeri Tirai Bambu.
Setali tiga uang, Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas mengatakan permintaan batubara saat ini sedang menurun diakibatkan oleh ekonomi China sedang loyo akibat corona (Covid19).
“Jadi, dari sisi permintaan cukup mempengaruhi. Selain salah satu produsen batubara terbesar, China juga menjadi konsumen batubara terbesar di dunia,” terang dia kepada Kontan.co.id, Rabu (4/3).
Baca Juga: Cermati baik-baik dampak pemangkasan suku bunga The Fed terhadap IHSG
Namun, jika wabah Covid19 sudah mereda, maka permintaan batubara diharapkan akan pulih kembali.
Untuk saham-saham pilihan, Meilki menjagokan PTBA dan ADRO. Untuk PTBA, Meilki menilai emiten pelat merah ini memiliki return on equity (ROE) yang paling besar dari kompetitornya. Ditambah, PTBA akan memproduksi batubara yang tinggi guna mengantisipasi penurunan pendapatan akibat berkurangnya ASP dengan memperbanyak volume penjualan.
Sementara ADRO dinilai unggul dalam aspek diversifikasi produk batubara yang dijual. Selain itu, ADRO juga melakukan investasi pada infrastruktur pertambangan untuk mengintegrasikan proses hulu hingga hilir. “PTBA, ADRO, dan ITMG memiliki valuasi yang murah dan atraktif dengan P/E 2020F masing-masing sebesar 7,2x, 9,5x, dan 8,7x,” sambung dia.
Meilki merekomendasikan buy saham PTBA dan ADRO dengan target harga masing-masing Rp 2.800 dan Rp 1.700 hingga Desember 2020. Sementara untuk ITMG, Meilki merekomendasikan hold dengan target harga Rp 12.000 hingga Desember 2020.
Baca Juga: Minim sentimen, IHSG diprediksi kembali menguat pada perdagangan Kamis (5/3)
Sementara Sukarno lebih menyarankan investor untuk melakukan trading buy saham-saham tersebut karena sejak dua hari ini saham, ADRO, PTBA, dan DOID naik cukup signifikan. “Untuk jangka panjang wait and see saja sambil memantau harga batubara,” tutup dia.
Melansir RTI Business, hari ini saham DOID ditutup menguat 4,32% ke level Rp 169 per saham, ADRO ditutup menguat 5,70% ke level Rp 1.205 per saham, dan PTBA menguat 4,22% menjadi Rp 2.470 per saham. Sedangkan ITMG hari ini turun 0,9% ke level Rp 10.950 setelah kemarin menguat 1,61%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News