kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.774   -14,00   -0,09%
  • IDX 7.460   -19,91   -0,27%
  • KOMPAS100 1.153   -1,43   -0,12%
  • LQ45 914   0,41   0,05%
  • ISSI 225   -1,12   -0,49%
  • IDX30 472   0,95   0,20%
  • IDXHIDIV20 569   1,36   0,24%
  • IDX80 132   0,02   0,01%
  • IDXV30 140   0,92   0,66%
  • IDXQ30 157   0,24   0,16%

Harga Komoditas Energi Masih Dalam Tren Turun


Rabu, 14 Juni 2023 / 22:04 WIB
Harga Komoditas Energi Masih Dalam Tren Turun
ILUSTRASI. Harga komoditas energi, yaitu minyak mentah, batubara, dan gas alam masih berada dalam tren turun.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas energi, yaitu minyak mentah, batubara, dan gas alam masih berada dalam tren turun. Berdasarkan data Bloomberg, harga batubara ICE Newcastle kontrak pengiriman Juli 2023 merosot hingga 53,88% year to date (YtD) menjadi US$ 137,25 per ton per Selasa (13/6).

Disusul harga gas alam yang turun 46,77% YtD menjadi US$ 2,38 per MMBtu per Rabu (14/6). Kemudian, minyak WTI terkoreksi 12,83% YtD menjadi US$ 69,95 per barel, sementara minyak Brent turun 12,76% YtD menjadi US$ 74,95 per barel per perdagangan Rabu (14/6). 

Bahkan, ketiga komoditas energi ini sempat menyentuh level harga terendah sepanjang tahun 2023 pada bulan Juni ini. Harga minyak WTI menyentuh level terendah di US$ 67,12 per barel pada Senin (12/6), sedangkan batubara di US$ 130,85 per ton dan gas alam di US$ 2,15 per MMBtu pada Kamis (1/6). 

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, tren penurunan harga komoditas energi disebabkan oleh prospek pertumbuhan ekonomi China yang melemah. Hal ini menjadi pendorong terbesar bagi penurunan permintaan energi. 

Baca Juga: Jaga Pasokan Pangan, Maka Inflasi akan Melandai

Selain itu, permintaan energi juga lebih bersifat musiman. Musim dingin yang telah berlalu menyebabkan menurunnya permintaan energi secara global. Meskipun begitu, Sutopo melihat sejumlah katalis positif yang bisa menjaga harga komoditas energi untuk tidak turun lebih dalam. 

Untuk minyak mentah, para trader berekspektasi bahwa pemerintah China akan menjalankan sejumlah stimulus untuk menopang pemulihan ekonomi, termasuk pemotongan biaya pinjaman. Pada saat yang sama, IEA menyatakan dalam laporan bulanannya bahwa permintaan minyak global akan meningkat sebesar 6% antara tahun 2022 dan 2028.

Potensi ini didukung oleh permintaan  minyak mentah yang kuat dari sektor petrokimia dan penerbangan. Meskipun begitu, penggunaan minyak untuk bahan bakar transportasi akan memasuki penurunan setelah 2026 di tengah ekspansi kendaraan listrik. 

Departemen Energi Amerika Serikat (AS) juga berencana untuk membeli 3 juta barel minyak mentah AS yang diproduksi untuk Cadangan Minyak Strategis (SPR) dengan harga rata-rata sekitar US$ 73 per barel. Menurut API, stok minyak mentah AS naik sekitar 1 juta barel pekan lalu, mengalahkan perkiraan penurunan.

Baca Juga: Jika Pemerintah Tidak Tarik Utang, Subsidi Energi Bisa Dipangkas

Kemudian, untuk gas alam, gelombang panas yang diantisipasi terjadi pada 21-28 Juni 2023 kemungkinan akan meningkatkan permintaan gas demi menghasilkan listrik untuk pendingin ruangan. Selain itu, output domestik turun dari level rekor bulan Mei 2023 di 102,5 bcfd. 

Di sisi lain, aliran gas ke kilang ekspor LNG AS turun ke level terendah dalam lima bulan karena pemeliharaan di beberapa fasilitas, termasuk LNG Cheniere Energy Inc. Sabine Pass di Louisiana. "Alhasil, gas alam berpotensi mencatatkan permintaan yang lebih tinggi di tengah pasokan yang lebih rendah," tutur Sutopo saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (14/6). 

Sementara itu, untuk batubara, Sutopo melihat prospeknya masih akan negatif. Pemulihan ekonomi di China tetap lemah dan aktivitas industri terhenti, terutama di bidang manufaktur dan konstruksi sehingga membebani permintaan batubara.

Pada saat yang sama, persediaan batubara domestik di China telah mencapai tingkat tertinggi dalam sejarah karena rendahnya permintaan dan impor yang signifikan. Selama empat bulan pertama tahun 2023, China mengalami peningkatan moderat sebesar 4,8% dalam produksi batubara mentah, sementara impor melonjak sebesar 88,8%. 

Baca Juga: Kebutuhan Gas Meningkat, Infrastruktur Masih Jadi Tantangan

Di luar China, jatuhnya harga gas alam telah berkontribusi pada pergeseran Eropa dari konsumsi batubara. Namun di India, impor batubara naik 22% dan produksi batubara naik 14,8% pada tahun keuangan yang berakhir 31 Maret 2023.

Sutopo memperkirakan, batubara akan diperdagangkan di harga US$ 141,10 per barel pada akhir kuartal ini dan di US$ 158,63 dalam waktu 12 bulan. Lalu, gas alam diperkirakan akan diperdagangkan pada US$ 2,42 per MMBtu pada akhir kuartal ini dan US$ 2,96 dalam waktu 12 bulan.

Kemudian, minyak mentah diperkirakan akan diperdagangkan pada US$ 72,48 per barel pada akhir kuartal ini. Sementara dalam waktu 12 bulan, perkiraan harganya berada di US$ 79,87 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×