Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja PT Bumi Resources Tbk (BUMI) tertekan sepanjang periode Januari-September 2023, yang tercermin dari turunnya laba bersih hingga pendapatan di periode ini.
Emiten tambang batubara ini membukukan pendapatan senilai US$ 1,17 miliar, menurun 15,78% dari pendapatan per akhir kuartal III-2022 yang mencapai US$ 1,39 miliar.
Direktur dan Sekretaris Perusahaan Dileep Srivastava mengatakan, pendapatan konsolidasi BUMI apabila memasukkan kontribusi Kaltim Prima Coal (KPC) sebesar US$ 4,76 miliar.
Sedangkan, yang dicantumkan pada laporan keuangan per September 2023 sesuai PSAK 66 adalah US$ 1,17 miliar.
Ada sejumlah faktor yang menekan kinerja BUMI sepanjang Januari-September 2023. Pertama, harga batubara yang 3 kali lebih rendah dibandingkan dengan tahun lalu yang mencapai rekor level acuan.
Baca Juga: Kata Manajemen Terkait Merosotnya Laba Bumi Resources (BUMI)
Kedua, tarif royalti yang jauh lebih tinggi. Dileep mengatakan, kontribusi royalti kepada Pemerintah menyusun sekitar 40% dari pendapatan kotor BUMI.
“BUMI menjadi pembayar royalti tertinggi di sektor batubara sejauh ini,” kata Dileep kepada Kontan.co.id, Kamis (30/11).
Ketiga, faktor kenaikan harga bahan bakar. Keempat, faktor ketidakpastian geopolitik dan ekonomi global yang memberi dampak ke sektor batubara, seperti konflik di Rusia dan Timur-Tengah. Kelima, kenaikan produksi di China, India dan Indonesia. “Kondisi El Nino menyebabkan kenaikan supply dan peningkatan inventaris batubara,” sambung dia.
Sejatinya, kinerja operasional BUMI masih bertumbuh, dimana volume penjualan batubara naik 5% menjadi 54,3 juta ton dari sebelumnya 51,9 juta ton.
Volume batubara yang ditambang juga naik 5% menjadi 56,2 juta ton dari sebelumnya 53,7 juta ton.
Pun demikian dengan volume pengupasan lapisan penutup alias overburden (OB) removal yang naik 20% menjadi 571,2 juta bank cubic meter (bcm) dari sebelumnya 475,5 juta bcm.
Hanya saja, harga jual rata-rata alias average selling price (ASP) BUMI per kuartal III-2023 menurun 28% secara year-on-year (YoY) menjadi US$ 85,2 per ton dari sebelumnya US$ 118,7 per ton per September 2022.
Dengan faktor-faktor tersebut, BUMI membukukan laba bersih senilai US$ 58,26 juta per kuartal III-2023. Realisasi ini merosot hingga 84,05% dari laba bersih di periode yang sama tahun lalu yang mencapai US$ 365,49 juta.
Akibatnya, laba per 1.000 saham BUMI menyusut menjadi US$ 0,16 dari sebelumnya US$ 3,11.
Di Tengah pelemahan harga batubara, BUMI melakukan optimalisasi biaya, digitalisasi, dan memproduksi lebih banyak batubara bernilai tinggi yang sesuai kebutuhan pasar.
Baca Juga: Ini Penyebab Hilirisasi Batubara Masih Hadapi Sejumlah Tantangan
BUMI juga terus menurunkan tingkat persediaan batubara untuk mengoptimalkan modal kerja, sehingga menjadikan operasional batubara BUMI menjadi lebih efisien sehingga bermuara pada peningkatan margin.
Adapun tingkat persediaan BUMI per penutupan 30 September 2023 berada pada level 4,5 juta ton.
Dileep masih yakin, tahun depan kinerja BUMI akan membaik. Pendorongnya yakni penggunaan batubara yang belum bisa digantikan oleh energi terbarukan.
Energi terbarukan dinilai belum akan bisa menggantikan batubara karena faktor keandalan dan karena alasan biaya.
Dileep memproyeksi harga batubara bisa naik ke kisaran US$ 150 sampai US$ 160 tahun depan seiring dengan musim dingin yang lebih dingin dari biasanya.
Sentimen ini dapat merangsang permintaan batubara. “Prioritas kami tetap pada pemenuhan domestic market obligation (DMO), setelahnya pemenuhan ekspor,” pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News