Reporter: M Sauqi Dzikri | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan jasa pelayaran dan logistik batubara, PT Transcoal Pasific Tbk siap melakukan penawaran umum perdana saham alias initial public offering (IPO) dengan melepas sebanyak-banyaknya 1,5 miliar saham atau setara 27,27% dari modal disetor setelah penawaran umum.
Perusahaan sudah menggelar masa penawaran awal pada 25-31 Mei 2018. Pernyataan efektif diperkirakan didapat pada 21 Juni mendatang. Sehingga, masa penawaran umum bisa dilaksanakan pada 25-26 Juni 2018.
Direktur utama PT Transcoal Pasific Tbk, Richard Talumewo mengatakan potensi bisnis jasa transportasi dan logistik laut, termasuk angkutan batubara, sangat terbuka lebar. Apalagi cadangan batubara dan hasil tambang lainnya juga masih melimpah di negeri ini sehingga menjadi peluang untuk jasa pengangkutan.
"Prospek bisnis kami juga ditopang kebutuhan jasa angkutan laut yang semakin banyak, selain dari komoditas batubara,” kata Richard usai due diligence meeting & public expose IPO di Jakarta, Rabu (30/5).
Richard menambahkan, kebutuhan PLN terhadap batubara yang setiap tahun meningkat menjadi kesempatan besar dalam mengembangkan usaha. Apalagi, pemerintah juga memberi kemudahan dan kesempatan luas bagi usaha angkutan laut, termasuk angkutan batubara melalui Permendag Nomor 82 tahun 2017.
“Aturan ini mewajibkan penggunaan kapal nasional untuk pengangkutan ekspor batubara. Asas cabotage (angkutan dalam negeri wajib menggunakan kapal Indonesia) di wilayah RI juga menjadi pendorong bisnis kami,” ungkapnya.
Sebagai gambaran, lokasi usaha perseroan berada di Sangatta, Bengalon, Kalimantan Timur dan di Asam-asam, Kalimantan Selatan. Saat ini, bisnis Transcoal Pasific terbagi dalam tiga lini utama, yaitu pengangkutan batubara atau coal transshipment, pengangkutan jarak jauh batubara atau long-hauling coal, dan pengangkutan minyak solar industri atau CPO dengan oil barge.
Armada kapal yang dimiliki perseroan hingga kini berjumlah 13 kapal tunda dan 12 tongkang, satu Floating Terminal Station (FTS) serta alat-alat berat penunjang kegiatan operasional lainnya.
Direktur Keuangan Transcoal, Amril menambahkan, untuk kegiatan IPO ini, perseroan menggunakan laporan keuangan Desember 2017 sebagai dasar valuasi. Dari sisi kinerja, pendapatan usaha pada tahun lalu mencapai Rp 650,38 miliar, naik 15% dari tahun sebelumnya. Sedangkan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) secara tren juga meningkat. Tahun 2017, EBITDA Transcoal mencapai Rp 153,30 miliar naik dari tahun 2016 sebesar Rp 150,43 miliar, dan tahun 2015 sebesar Rp 95,19 miliar.
Hingga Desember 2017, aset Transcoal mencapai Rp 844,99 miliar, meningkat 15% dari tahun sebelumnya sebesar Rp 732,17 miliar.
Transcoal telah menunjuk dua sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek, yaitu PT Investindo Nusantara Sekuritas dan PT Jasa Utama Capital Sekuritas.
Direktur Investment Banking PT Investindo Nusantara Sekuritas sekaligus sebagai lead underwriter, Anshy Sutisna mengatakan, dana hasil IPO yang dihimpun seluruhnya akan digunakan calon emiten sebagai modal kerja yang akan digunakan untuk kegiatan operasional. Kisaran harga saham yang ditawarkan kepada publik sekitar Rp 110-Rp 150 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News