Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pasca sinyal positif yang didapat dari kesepakatan OPEC untuk memangkas produksinya, harga gas alam terserang imbas negatif. Meski analis menilai koreksi ini hanya sesaat serta untuk jangka panjang tren pergerakan harga masih akan bullish.
Mengutip Bloomberg, Kamis (1/12) pukul 14.35 WIB harga gas alam kontrak pengiriman Januari 2017 di New York Mercantile Exchange tergerus 0,57% di level US$ 3,33 per mmbtu dibanding hari sebelumnya. Walau dalam sepekan harga terhitung sudah naik 6,05%.
Ibrahim, Direktur PT Garuda Berjangka menjelaskan saat ini memang posisi harga gas alam sedang terdesak. Pertama, keputusan OPEC untuk memangkas produksinya menjadi 32,5 juta barel per hari.
Langkah ini merupakan kejutan besar sebab merupakan pemotongan produksi OPEC pertama dalam delapan tahun terakhir. “Dikhawatirkan di masa datang akan terjadi banjir pasokan gas alam,” jelas Ibrahim.
Dengan upaya pemangkasan produksi OPEC tersebut maka baik tambang minyak dan gas alam di AS akan terus berupaya menggenjot produksinya. Sementara permintaan masih harus berbagi dengan batubara dan minyak mentah.
Ketidakseimbangan di pasar ini dikhawatirkan akan menjadi pengganjal bagi pergerakan harga gas alam ke depannya. Selain itu, kekuatan USD juga jadi beban bagi harga. Faktor utama yang mendorong kekuatan USD datang setelah prelim GDP AS kuartal tiga 2016 tumbuh pesat dari 2,9% menjadi 3,2%.
“Hanya saja itu sifatnya sementara, secara fundamental justru gas alam sedang berbalut tren positif,” ungkap Ibrahim. Memasuki musim dingin, permintaan gas alam yang tinggi mendorong pengempisan pasokan yang tentunya berimbas positif pada pergerakan harga.
Prediksi cuaca terbaru yang dirilis oleh AccuWeather menunjukkan suhu udara di New York merosot menjadi minus 4 derajat celcius atau sekitar 5 derajat di bawah suhu rata-rata. Sedangkan MDA Weather Services, suhu yang lebih dingin dari normal di sepanjang Midwest hingga West Coast hingga pertengahan Desember 2016 juga berpotensi menyuntikkan kekuatan bagi harga.
“Artinya kan memang suhu sedang dingin dan kebutuhan rumah tangga untuk penghangat ruangan meningkat,” jelas Ibrahim. Sehingga proyeksinya koreksi harga saat ini bersifat terbatas dan sementara sebelum harga kembali naik lagi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News