Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga emas naik tipis pada perdagangan Senin (9/9). Setelah jatuh hampir 1% di sesi sebelumnya, di tengah ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter negara ekonomi utama dunia.
Mengutip Bloomberg pukul 8.45 WIB, Emas di pasar spot naik 0,26% ke level US$ 1.510,80 per ons troi. Sedangkan emas berjangka pengiriman Desember di bursa Comex New York Mercantile Exchange berada di posisi US$ 1.517,60 per ons troi atau naik 0,14%.
Dilansir dari Reuters, berikut sejumlah sentimen yang mengerek si kuning antara lain:
1. Ekspor China secara tak terduga turun pada Agustus karena pengiriman ke Amerika Serikat (AS) melambat tajam, menunjuk ke pelemahan lebih lanjut di ekonomi terbesar kedua di dunia dan menggarisbawahi kebutuhan yang mendesak untuk stimulus lebih banyak saat perang perdagangan China-AS meningkat.
Baca Juga: Investasi emas, ini cara hitung untung rugi yang benar
2. Perdana Menteri Boris Johnson tetap pada rencananya perihal Brexit dan tidak akan menunda langkah keluar Inggris dari Uni Eropa pada pertemuan puncak bulan depan.
3. Federal Reserve AS (Bank Sentral AS) akan terus bertindak "sebagaimana mestinya" untuk mempertahankan ekspansi ekonomi di ekonomi terbesar dunia tersebut ujar Gubernur The Fed Jerome Powell pada Jumat (8/9) di Zurich. Pasar keuangan telah membaca adanya penurunan suku bunga lebih lanjut ke depan .
4. Penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow mengatakan, Amerika Serikat menginginkan hasil "waktu dekat" dari pembicaraan perdagangan AS-China pada bulan September dan Oktober.
Baca Juga: Milenial mau investasi, coba berinvestasi emas secara digital
5. Pertumbuhan pekerjaan AS melambat lebih dari yang diharapkan pada Agustus, dengan perekrutan ritel menurun selama tujuh bulan berturut-turut, tetapi kenaikan upah yang kuat harus mendukung belanja konsumen dan menjaga ekonomi berkembang secara moderat di tengah meningkatnya ancaman dari ketegangan perdagangan.
6. Ekonomi Jepang tumbuh pada kecepatan yang lebih lambat dari yang diperkirakan pada kuartal kedua, menandakan ketegangan perang dagang AS-China berdampak pada pertumbuhan global.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News