Reporter: SS. Kurniawan | Editor: S.S. Kurniawan
KONTAN.CO.ID - Harga emas terus menanjak, mencoba kembali menembus level US$ 2.000, setelah jatuh ke bawah level kunci US$ 1.900 pada awal perdagangan Rabu (11/8) dan mencatat penurunan terburuk dalam tujuh tahun terakhir di sesi Selasa (11/8).
Pada Selasa (11/8), harga emas menukik tajam hingga 6,2%, penurunan satu hari terburuk sejak April 2013. Sementara di sesi awal Rabu (12/8), harga emas merosot ke posisi US$ 1.863,15 per ons troi.
Tapi kemudian, harga emas berbalik arah dan terus menanjak. Mengutip Bloomberg, harga emas spot pada pukul 23.52 WIB naik hampir 2%, tepatnya, 1,9% menjadi US$ 1.948,26. Sedang harga emas berjangka AS naik 0,69% ke US$ 1.959,80.
Baca Juga: Naik 1,5%, harga emas coba tembus kembali level US$ 2.000
"Ini seperti hujan lebat setelah cuaca panas yang menyengat," kata analis independen Ross Norman kepada Reuters.
"Harga emas memantul kembali dengan sangat kuat. Sentimen belum rusak dan lebih dari itu, Anda dapat berargumen bahwa itu menciptakan peluang bagi mereka yang mungkin ketinggalan perahu pada reli untuk masuk lagi," ujarnya.
Di akhir tahun sentuh US$ 2.500
"Penurunan itu adalah koreksi yang sehat, itu memungkinkan lebih banyak orang untuk masuk, sehingga harga emas akan reli lagi dan pada akhir tahun kita akan melihat rekor tertinggi baru sepanjang masa dengan emas di US$ 2.500," kata Phillip Streible, Chief Market Strategist Blue Line Futures di Chicago.
"Kita memiliki semua faktor fundamental yang sama yang mendukung harga emas. Federal Reserve akan tetap dovish untuk jangka waktu yang lama, mereka telah mengatakan akan membiarkan inflasi naik di atas target mereka," ujarnya ke Reuters.
Kekhawatiran atas kerusakan ekonomi akibat pandemi virus corona baru karena ekonomi Inggris menyusut dengan rekor 20,4% pada kuartal kedua tahun ini mendukung daya tarik emas, seiring pelemahan dollar AS.
Baca Juga: Harga emas 24 karat Antam hari ini turun Rp 30.000, Rabu 12 Agustus 2020
"Ekonomi global masih menghadapi sejumlah masalah yang memiliki kapasitas untuk mendukung harga emas," kata James Steel, Kepala Analis Logam Mulia HSBC dalam sebuah catatan yang Reuters kutip.
"Ini termasuk risiko geopolitik dan stimulus moneter dan fiskal yang sedang berlangsung. Faktor-faktor ini akan menopang kenaikan lebih lanjut (harga emas)," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News