Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga emas diprediksi tetap kuat usai mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di US$ 3.005 per ons troi. Logam mulia akan didukung pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) dan perang dagang.
Menurut analisis Andy Nugraha dari Dupoin Indonesia, emas masih berpotensi untuk kembali menguji level psikologis US$ 3.000 per ons troi pada perdagangan hari ini. Namun, jika harga gagal menembus level tersebut dan terjadi reversal, emas bisa turun lebih lanjut hingga mencapai US$ 2.978 sebagai target terdekat.
Kondisi pasar akan sangat bergantung pada data ekonomi AS yang akan dirilis hari ini, terutama laporan Penjualan Ritel untuk bulan Februari, yang dapat memengaruhi pergerakan Dolar AS dan, secara tidak langsung, harga emas.
Pada Senin (17/3) siang, harga emas (XAU/USD) tetap kuat di dekat US$ 2.988, setelah turun dari rekor tertinggi US$3.005 selama sesi Asia awal. Ketidakpastian mengenai kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump dan pelemahan dolar AS menjadi faktor utama yang mendorong volatilitas harga emas.
Andy menjelaskan, dolar AS yang lebih lemah akibat data ekonomi yang kurang memuaskan telah memberikan dukungan bagi harga emas. Indeks Sentimen Konsumen University of Michigan terbaru menunjukkan penurunan ke level 57,9, terendah sejak November 2022, dibandingkan dengan ekspektasi pasar sebesar 63,1.
Baca Juga: Naik Rp 2.000 Per Gram, Cek Harga Emas Antam Hari Ini Senin (17/3/2025)
Pelemahan ini menambah tekanan pada Greenback, yang berkontribusi terhadap stabilitas emas. Selain itu, ketidakpastian terkait perang dagang AS dengan beberapa mitra utama juga menjadi faktor pendorong permintaan terhadap aset safe-haven seperti emas.
Presiden AS Donald Trump baru-baru ini mengancam akan memberlakukan tarif 200% pada produk minuman impor dari Eropa, sebagai respons terhadap rencana UE untuk mengenakan tarif baru pada whiskey Amerika dan produk lainnya mulai April mendatang.
‘’Ketegangan perang dagang ini memicu volatilitas pasar dan meningkatkan daya tarik emas sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian ekonomi global,’’ sebut Andy dalam riset yang dibagikan Senin (17/3).
Di sisi geopolitik, lanjut Andy, serangan kelompok Houthi terhadap kapal induk USS Harry S Truman dan kapal pendukungnya di Laut Merah menambah kecemasan di pasar. Serangan ini, yang melibatkan 18 rudal balistik dan jelajah serta drone, memperburuk ketegangan di Timur Tengah dan semakin mendorong permintaan terhadap emas sebagai aset perlindungan.
Di lain sisi, terdapat potensi tekanan bagi harga emas jika ketegangan geopolitik mereda, terutama terkait konflik Rusia-Ukraina. AS dan Ukraina telah mengusulkan gencatan senjata 30 hari kepada Rusia, dan ada indikasi bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin mungkin mempertimbangkan proposal tersebut.
‘’Jika terjadi peredaan ketegangan, investor bisa beralih ke aset berisiko lainnya, yang dapat menekan harga emas dalam jangka pendek,’’ imbuh Andy.
Baca Juga: Harga Emas Spot di Level US$2.989,79 pada Senin (17/3) Pagi
Secara keseluruhan, Andy memandang bahwa harga emas masih memiliki prospek bullish dalam jangka pendek, didukung oleh ketidakpastian ekonomi global dan faktor geopolitik. Namun, para pedagang harus tetap waspada terhadap potensi pembalikan arah harga jika terjadi perbaikan sentimen ekonomi atau perkembangan positif dalam hubungan perdagangan global.
Selanjutnya: THR Cair, Ekonomi Berdenyut! Lebaran Jadi Momen Penggerak Daya Beli Nasional
Menarik Dibaca: 15 Cara Diet Tanpa Olahraga dan Tetap Makan Nasi, Coba Terapkan yuk!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News