Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga emas diprediksi cenderung mengalami penurunan. Meskipun sebelumnya sempat terjadi kenaikan kecil akibat koreksi besar, namun dalam jangka panjang, tren penurunan masih lebih dominan.
Analis Deu Calion Futures (DCFX), Andrew Fischer, menyatakan bahwa harga emas kemungkinan besar akan melemah hari ini, terutama dipengaruhi oleh berita ekonomi penting dari Amerika Serikat, yaitu rilis data Consumer Price Index (CPI) pada hari Rabu (12/6) pukul 19.30 WIB.
Rilis data CPI yang dijadwalkan hari ini diperkirakan akan memberikan tekanan pada harga emas. Prediksi menunjukkan bahwa CPI akan tetap kuat mendekati angka bulan April, yang mengindikasikan inflasi masih tinggi meskipun Federal Reserve (Fed) telah menaikkan suku bunga lebih dari 500 basis poin dalam beberapa tahun terakhir.
“Jika data CPI menunjukkan kekuatan yang berkelanjutan, ini akan memperkuat USD dan berpotensi melemahkan emas,” ungkap Fischer dalam risetnya, Rabu (12/6).
Baca Juga: Harga Emas Spot Turun Tipis ke US$2.311,80 pada Rabu (12/6) Pagi
Fischer menganalisis, arah tren saat ini cenderung menurun dengan terbentuknya pola double top, yang menjadi sinyal kuat untuk penurunan harga emas. Analisis ini didukung oleh pengamatan terhadap tren dan analisa candlestick yang menunjukkan tanda-tanda perubahan arah tren. Sehingga, bagi para trader, ini adalah peluang yang cukup tepat untuk mengambil posisi jual terhadap emas.
Pagi ini, harga emas tercatat mengalami sedikit kenaikan. Para pedagang XAU/USD saat ini berada dalam mode tunggu dan lihat menjelang rilis data penting dari Amerika Serikat (AS).
Harga emas spot XAU/USD diperdagangkan pada US$2.316,27, sementara emas berjangka diperdagangkan pada US$2.332,95 per jam 06.00 WIB. Keadaan ini sebagian besar dipengaruhi oleh harapan terhadap keputusan kebijakan moneter terbaru dari Federal Open Market Committee (FOMC).
Baca Juga: Permintaan Emas Tetap Tinggi Ditengah Rekor Harga Tertinggi
Fischer menyebutkan, data ekonomi AS yang akan dirilis, khususnya CPI, akan menjadi kunci pergerakan harga emas hari ini. Prediksi CPI AS untuk bulan Mei diperkirakan akan turun dari 0,3% menjadi 0,1% secara bulanan (MoM), sementara CPI inti diproyeksikan tetap stabil di 0,3% MoM. Dalam 12 bulan hingga Mei, CPI diperkirakan tidak berubah pada 3,4% dibandingkan bulan April, dengan CPI inti yang mendasarinya diperkirakan melambat dari 3,6% menjadi 3,5%.
Sebelumnya, data pekerjaan AS pekan lalu menunjukkan bahwa ekonomi AS tetap kuat, yang membuat Fed kurang berpeluang melonggarkan kebijakan. Namun, jika laporan inflasi lebih rendah dari yang diharapkan, hal ini bisa mempengaruhi ekspektasi pasar terkait langkah-langkah kebijakan moneter yang akan diambil Fed.
Menurut Alat FedWatch CME, peluang untuk pemotongan suku bunga Fed pada bulan September turun dari 50% pekan lalu menjadi 46,7% per kemarin, Selasa 11 Juni.
Oleh karena itu, pertemuan FOMC dan rilis data CPI menjadi fokus utama para trader saat ini. Keputusan kebijakan moneter terbaru dari Federal Reserve (Fed) yang dipimpin oleh Ketua Jerome Powell akan sangat mempengaruhi pergerakan harga emas. Selain itu, Ringkasan Proyeksi Ekonomi (SEP) yang mencakup dot plot atau gambaran berbagai jalur kemungkinan untuk kebijakan moneter juga akan menjadi perhatian utama.
Berdasarkan survei Reuters, sebagian besar analis memperkirakan adanya pemotongan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) oleh Fed pada tahun 2024. Data dari Chicago Board of Trade (CBOT) menunjukkan bahwa kontrak berjangka Fed fund Desember 2024 menunjukkan sebagian besar trader mengharapkan pelonggaran sebesar 28 bps menjelang akhir tahun.
Namun, Fischer memperingatkan, meskipun ada harapan untuk pemotongan suku bunga, data pekerjaan AS yang kuat pekan lalu menunjukkan bahwa ekonomi AS masih cukup kuat. Hal ini membuat Fed kurang berpeluang melonggarkan kebijakan dalam waktu dekat kecuali ada perubahan signifikan dalam laporan inflasi.
“Jika laporan inflasi lebih rendah dari yang diharapkan, ini bisa mempengaruhi keputusan Fed untuk tetap mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama,” pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News