Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Meski pergerakannya belum signifikan, harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) sebenarnya sudah mulai membaik sepanjang semester kedua 2019 ini berlangsung. Hal ini dinilai tetap akan mempengaruhi kinerja PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI, anggota indeks Kompas100) di sisa tahun ini.
Sebagai pengingat, Kamis (26/9), harga CPO kontrak pengiriman Desember 2019 di Malaysia Derrivative Exchange berada di level RM 2.170 per metrik ton. Pelan tapi pasti, harga CPO mulai kembali naik dalam beberapa waktu terakhir.
Asal tahu saja, 9 Juli 2019 lalu harga komoditas ini sempat berada di level RM 2.042 per metrik ton atau terendah sepanjang 2019 berjalan.
Baca Juga: Selama musim kemarau, Astra Agro berupaya cegah kebakaran hutan dan lahan
Analis Panin Sekuritas Juan Oktavianus mengatakan, bisnis AALI sangat tergantung pada pergerakan harga CPO global. Lantas, begitu ada perbaikan harga CPO, pendapatan AALI berpotensi meningkat.
Namun, ia melihat kenaikan harga CPO masih cenderung terbatas sehingga kemungkinan pertumbuhan kinerja AALI belum tentu setinggi tahun lalu.
Analis Jasa Capital Utama Chris Apriliony menilai, semester II 2019 dapat menjadi titik balik bagi harga CPO yang dapat dimaksimalkan oleh AALI. Pasalnya, keberlangsungan perang dagang membuat China berupaya meningkatkan lagi konsumsi CPO. Hal ini akibat produk minyak kedelai yang kian sulit diimpor seiring pemberlakukan tarif impor oleh Amerika Serikat (AS).
Juan menyebut, adanya perayaan tahunan Diwali di kuartal IV nanti juga bisa menjadi katalis positif bagi harga CPO global. AALI pun bisa menggenjot produksi CPO untuk diekspor ke berbagai negara yang merayakan peristiwa tersebut, misalnya India.
Kendati demikian, potensi perbaikan harga CPO secara signifikan baru akan terlihat di tahun depan. Penyebabnya berasal dari realisasi pencampuran bahan bakar minyak dengan minyak kelapa sawit atau biodiesel 30% (B30). Uji coba penggunaan B30 sebenarnya sudah dilaksanakan di periode Mei-Oktober tahun ini.
Baca Juga: Pemerintah Indonesia sudah sampaikan tanggapan atas tuduhan subsidi UE
Penerapan B30 tentu akan mendorong permintaan CPO di dalam negeri. “Penyerapan CPO di Indonesia bisa bertambah 3 juta ton kalau B30 terwujud,” terang Juan, Kamis (26/9).
Analis Ciptadana Sekuritas Asia Yasmin Soulisa menilai, penting bagi AALI untuk terus memikirkan langkah efisiensi seiring pertumbuhan harga CPO yang tergolong lambat. Efisiensi kian urgen mengingat di semester pertama lalu net profit margin (NPM) AALI hanya 0,5%, padahal di semester pertama tahun lalu NPM perusahaan masih di level 8,7%.
“Kami mengubah perkiraan NPM AALI dari 5,1% menjadi 0,5% di tahun ini,” tulisnya dalam riset 31 Juli lalu.
Baca Juga: Biodiesel Indonesia kena tarif Eropa, analis merekomendasikan beli saham emiten CPO
Dari situ, ia juga memangkas perkiraan pendapatan AALI di akhir tahun nanti dari Rp 21,65 triliun menjadi Rp 18,78 triliun. Laba bersih produsen sawit ini juga direvisi dari Rp 1,10 triliun menjadi Rp 0,99 triliun.
Senada, Juan bilang, tekanan yang masih mengintai harga CPO membuat AALI mau tidak mau melakukan efisiensi. Sebab, pelemahan harga CPO selain membuat pendapatan AALI turun juga mengakibatkan belanja modal atau capital expenditure (capex) menyusut.
“Karena capex bakal lebih kecil, AALI tidak bisa leluasa ekspansi,” ujar dia.
Juan merekomendasikan hold saham AALI dengan target harga Rp 9.500 per saham. Yasmin juga merekomendasikan hold saham AALI dengan target harga Rp 10.800 per saham.
Baca Juga: Begini persiapan Astra Agro Lestari (AALI) cegah kebakaran hutan dan lahan
Di sisi lain, Chris merekomendasikan beli saham AALI dengan target Rp 12.000 per saham. Kamis (26/9), harga saham AALI naik 0,47% ke Rp 10.750 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News