kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Biodiesel Indonesia kena tarif Eropa, analis merekomendasikan beli saham emiten CPO


Selasa, 13 Agustus 2019 / 22:25 WIB
Biodiesel Indonesia kena tarif Eropa, analis merekomendasikan beli saham emiten CPO
ILUSTRASI. Perkebunan kelapa sawit


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Uni Eropa menerapkan tarif terhadap impor biodiesel Indonesia sebesar 8%-18% mulai Rabu (14/8). Tarif ini berlaku untuk empat bulan ke depan dan dapat diperpanjang selama lima tahun. 

Mengutip Bloomberg, tarif ini dikenakan untuk mengantisipasi adanya dugaan perlawanan dari pemerintah Indonesia terhadap kampanye anti sawit yang dilancarkan Eropa.  Sebelumnya, Uni Eropa menyelidiki klaim yang dilayangkan industri biodiesel Eropa terhadap Indonesia.

Industri biodiesel Uni Eropa mengklaim pemerintah Indonesia memberikan bantuan perdagangan yang menyimpang kepada produsen minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO), yaitu PT Ciliandra Perkasa, PT Wilmar Bioenergi Indonesia, dan PT Musim Mas.

Baca Juga: Perang dagang AS-China memanas, saham-saham CPO kembali terangkat

Masih mengutip Bloomberg, tarif pendahuluan yang berlaku adalah 8% untuk PT Ciliandra Perkasa dan 15,7 % untuk Grup Wilmar. Selanjutnya, tarif sebesar 16,3% dikenakan ke Grup Musim Mas dan 18% untuk Grup Permata dan eksportir biodiesel Indonesia lainnya.

Meskipun begitu, menurut Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony, tarif biodiesel yang dikenakan oleh Uni Eropa tidak berpengaruh signifikan. Alasannya, isu ini sudah mulai terdengar sejak Juli lalu dan penerapannya juga dilakukan secara bertahap. “Jadi seharusnya dengan adanya isu yang dihembuskan kembali tidak berpengaruh secara signifikan dibandingkan dengan sentimen kenaikan ekspor CPO ke China baru-baru ini,” ucap dia.

Berdasarkan data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), ekspor CPO dari Indonesia ke China pada paruh pertama tahun ini naik 39% year on year menjadi 2,54 juta ton. Kenaikan permintaan CPO dari China ini merupakan salah datu dampak perang dagang antara China dengan Amerika Serikat (AS). Gara-gara perang dagang, China memutuskan mengurangi pembelian kedelai secara signifikan dan menggantikan beberapa kebutuhan dengan minyak sawit.

Baca Juga: Balas Uni Eropa, Indonesia ancam akan terapkan bea masuk anti subsidi produk susu

Oleh karena itu, Chris melihat peluang lanjutan kenaikan saham-saham CPO karena perang dagang membawa optimisme bahwa harga CPO dapat naik kembali. Hal ini terlihat dari pergerakan saham-saham CPO yang meningkat cukup signifikan. “Ditambah lagi, saham-saham CPO ini sudah turun cukup dalam beberapa tahun ini sehingga penurunannya lebih terbatas dibandingkan kenaikannya,” kata dia, Selasa (13/8).

Ia merekomendasikan investor sudah bisa mulai beli saham PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) dengan target harga hingga akhir tahun Rp 1.400 per saham. Ia juga menyarankan investor untuk beli saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dengan target harga Rp 13.500 dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dengan target harga Rp 400. Alasannya, ketiga emiten ini adalah pemimpin pasar dalam industri CPO dan masih memiliki fundamental yang bagus.

Per Selasa (13/8), harga LSIP berada di level Rp 1.240 per saham atau naik 19,81% dalam sepekan. Begitu juga dengan AALI yang sudah naik 13,59% dalam sepekan ke level Rp 11.075 per saham dan SIMP naik  12,74% ke level Rp 354 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×