Reporter: Wafidashfa Cessarry | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil (CPO) kembali menguat ke atas level psikologis RM 4.000 per ton pada perdagangan Selasa (23/12), setelah sempat tertekan di kisaran RM 3.900 per ton pada pekan lalu.
Mengutip Trading Economics, harga CPO berjangka Malaysia berada di level MYR 4.034 per ton pada Selasa (23/12) pukul 17.08 WIB, naik 1,18% dalam sehari.
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong menilai penguatan tersebut tidak dipicu oleh satu katalis besar, melainkan respons pasar terhadap level harga yang dinilai sudah menarik.
“Tidak ada berita signifikan, traders hanya melihat harga di bawah level psikologi MYR 4.000 sebagai murah dan buying level,” ujarnya.
Baca Juga: Lirik Rekomendasi Saham Emiten CPO di Tengah Tantangan pada Akhir 2025
Menurut Lukman, secara fundamental pasar minyak nabati masih dibayangi pasokan yang relatif melimpah, baik pada minyak sawit, minyak kedelai, maupun canola oil. Namun, penguatan nilai tukar ringgit Malaysia turut memberi pengaruh besar terhadap pergerakan harga CPO. Ia mencatat, sepanjang tahun ini ringgit telah menguat sekitar 10%, yang secara implisit menekan harga CPO dalam denominasi ringgit.
Founder Traderindo.com Wahyu Laksono menambahkan, kenaikan harga CPO juga dipengaruhi oleh pelemahan dolar AS serta rebound harga energi global. Selain itu, korelasi antar-komoditas kembali menguat, terutama dari permintaan minyak kedelai di China yang ikut menarik harga minyak sawit.
“Kenaikan ini didorong oleh korelasi antar-komoditas dan sentimen permintaan yang kuat,” kata Wahyu.
Ia juga menyoroti peran sektor energi, khususnya kebijakan biodiesel Indonesia. Penetapan alokasi biodiesel tahun 2026 sebesar 15,646 juta kiloliter dinilai memberikan kepastian permintaan CPO sebagai bahan baku energi. Ditambah lagi, rebound harga minyak mentah membuat sawit semakin kompetitif sebagai bahan baku biodiesel.
Baca Juga: Kinerja Emiten CPO Grup Salim Subur, Simak Prospek dan Rekomendasinya
Ke depan, harga CPO akan dipengaruhi oleh sejumlah faktor utama, mulai dari pergerakan nilai tukar ringgit, kebijakan mandat biodiesel, permintaan dari India dan China, hingga faktor cuaca yang mempengaruhi produksi dan distribusi. Lukman menilai level MYR 4.000 merupakan harga keseimbangan antara pasokan dan permintaan, dengan pergerakan selanjutnya akan sangat sensitif terhadap penguatan ringgit.
Sementara itu, Wahyu memandang prospek CPO cenderung lebih konstruktif dibandingkan periode sebelumnya. Keterbatasan pertumbuhan produksi akibat usia tanaman, dikombinasikan dengan permintaan pangan dan energi yang terus meningkat, membentuk struktur pasar yang lebih ketat.
Lukman memperkirakan harga CPO pada awal tahun depan akan bergerak dalam rentang MYR 3.900–4.100 per ton. Adapun Wahyu melihat potensi yang lebih luas, dengan harga diproyeksikan stabil di kisaran RM 4.000– RM 4.300 per ton hingga awal 2026, selama penguatan ringgit tidak menekan daya saing ekspor secara signifikan.
Selanjutnya: BP Tapera Gandeng 43 Bank Untuk Menyalurkan FLPP Rumah Subsidi di 2026
Menarik Dibaca: 7 Rekomendasi Skincare Korea Terbaik untuk Kulit Berjerawat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













