kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.476.000   8.000   0,54%
  • USD/IDR 15.868   74,00   0,46%
  • IDX 7.162   0,64   0,01%
  • KOMPAS100 1.096   2,00   0,18%
  • LQ45 871   -0,64   -0,07%
  • ISSI 217   0,83   0,38%
  • IDX30 445   -1,15   -0,26%
  • IDXHIDIV20 538   -2,37   -0,44%
  • IDX80 126   0,23   0,18%
  • IDXV30 135   -0,38   -0,28%
  • IDXQ30 148   -0,60   -0,40%

Harga Bitcoin Stagnan, Strategi Dollar Cost Averaging (DCA) Bisa Jadi Pilihan Bijak


Kamis, 17 Agustus 2023 / 13:38 WIB
Harga Bitcoin Stagnan, Strategi Dollar Cost Averaging (DCA) Bisa Jadi Pilihan Bijak
ILUSTRASI. Uang kripto. Harga Bitcoin Stagnan, Strategi Dollar Cost Averaging (DCA) Bisa Jadi Pilihan Bijak.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) stagnan dalam beberapa waktu terakhir. Muncul keraguan pelaku pasar terhadap prospek BTC seiring potensi kenaikan suku bunga The Fed. 

Pada hari Kamis (17/8), harga Bitcoin menurun di bawah kisaran angka US$ 28.640. Dalam beberapa minggu terakhir, Bitcoin seperti terjebak dalam wilayah pergerakan yang sangat terbatas. Secara umum, pasar tampaknya tak bergerak dengan harga BTC bergerak di kisaran antara US$ 28.500 hingga US$ 30.000 sejak 24 Juli. 

Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menjelaskan, ketenangan harga BTC ini sejalan dengan penurunan volatilitas tahunan yang tercermin dalam transaksi perdagangan. Rata-rata volatilitas tahunan Bitcoin dalam kurun waktu 30 hari menurun ke titik terendah dalam tujuh tahun terakhir. 

Glassnode pada tanggal 14 Agustus, angkanya mencapai 48,51%, ini merupakan angka terendah dari nilai volatilitas Bitcoin. Sementara itu, volume perdagangan Bitcoin dalam 30 hari terakhir juga menurun ke titik terendahnya, sejak Januari 2023 hanya mencapai US$ 16,7 miliar.  

Baca Juga: Harga Altcoin Unjuk Gigi Saat Bitcoin Bergerak Sideways

Fyqieh mengamati, harga Bitcoin yang mendatar (sideways) ditambah dengan penurunan volume perdagangan, sebenarnya mencerminkan adanya ketidakpastian jangka pendek di antara para pelaku pasar, baik investor dan trader. Dengan kata lain, banyak investor Bitcoin merasa ragu-ragu mengenai arah perjalanan aset kripto ini.

Tentu saja, ada banyak faktor pasar yang perlu mereka pertimbangkan. Salah satu faktor yang berdampak adalah harapan terkait persetujuan ETF Bitcoin di Amerika Serikat (AS). Antisipasi mengenai hal ini sebenarnya telah membantu menjaga harga Bitcoin tetap di atas level pendukung, yaitu US$ 28.500, sejak bulan Juli. 

“Di sisi lain, kekhawatiran bahwa The Fed akan terus meningkatkan suku bunga dalam waktu dekat telah mengalihkan minat investor ke arah dolar AS," ujar Fyqieh dalam siaran pers, Rabu (17/8). 

Baca Juga: Apa Itu Mata Uang Kripto? Ini Jenis dan Cara Kerjanya

Indeks Dolar AS (DXY), yang mengukur nilai dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama sudah pulih sebesar 3,5% dari level terendahnya pada bulan Juli. Ini terjadi sejalan dengan penurunan harga Bitcoin dari puncak lokalnya di kisaran US$ 31.800. 

Secara teknis, Bitcoin tampaknya siap untuk melakukan pergerakan yang signifikan dalam beberapa minggu mendatang. Pergerakan ini bisa berarti melewati batas tertentu atau bahkan penurunan besar-besaran.

Fyqieh menganalisis, Bitcoin kemungkinan akan mengalami retest penurunan hingga kisaran level US$ 28.900 atau sekitar Rp 442 juta. Salah satu indikator baru yang mengisyaratkan potensi pergerakan besar ini adalah Bollinger Bands Bitcoin. 



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×