Reporter: Nadya Zahira | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) masih mengalami tekanan di awal kuartal II 2024. Pada Rabu (3/4), BTC sempat anjlok ke level US$ 65.000. Namun, pada hari ini, Jumat (5/4) pukul 15.00 WIB, harganya kembali naik tipis 1,53% ke level US$ 67.155
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengatakan, menjelang akhir pekan ini, harga Bitcoin naik tipis sehingga menawarkan sedikit kelegaan bagi investor karena selera risiko pasar masih lemah di tengah ketidakpastian suku bunga Amerika Serikat (AS).
“Harga Bitcoin sedang dalam perjalanan kembali naik setelah awal bulan yang sulit dengan waktu kurang dari dua minggu menuju perkiraan halving,” kata Fyqieh kepada Kontan.co.id, Jumat (5/4).
Menurut dia, penurunan harga Bitcoin baru-baru ini tampaknya tidak mengurangi optimisme para investor yang bertaruh dan percaya adanya kenaikan harga yang berkelanjutan.
Baca Juga: Ini Kata Bappebti Perihal Exchanger Keluhkan Pajak Kripto
Fyqieh menjelaskan, sentimen yang membuat harga BTC naik yaitu karena Crypto Fear & Greed Index pada Jumat (5/4) meningkat signifikan dibandingkan sehari sebelumnya, dengan posisi mencapai angka 79 poin, berada pada kategori Extreme Greed.
Fyqieh memprediksi pada akhir pekan ini, ada kemungkinan Bitcoin masih bisa naik, jika melihat perkiraan data Non-farm Payrolls (NFP). Kemungkinan perilisan data NFP pada Jumat (5/4) malam ini turun, walaupun hasil data ekonomi AS lainnya naik dan membaik.
“NFP yang turun dapat mendorong The Fed untuk menurunkan suku bunga, memperlemah dolar AS, dan menaikkan harga aset berisiko seperti kripto,” imbuhnya.
Dia menjelaskan, NFP yang lemah dapat mendorong investor mencari alternatif seperti kripto, dan berpotensi meningkatkan permintaan serta harga.
Kendati begitu, Fyqieh menuturkan bahwa dalam dua hari terakhir Bitcoin sebagian besar tetap berada dalam kisaran yang terbatas. Hal ini disebabkan oleh rencana penurunan suku bunga AS yang membuat sebagian besar investor khawatir untuk membuat taruhan besar.
“Antisipasi data utama Non-farm Payrolls AS yang akan dirilis akhir pekan ini, juga menghalangi perdagangan besar,” kata dia.
Baca Juga: Harga Bitcoin Sempat Anjlok ke Level US$ 65.000, Simak Sentimennya
Selain itu, Fyqieh bilang sentimen lainnya yang membuat harga BTC turun karena data aliran dana ETF Bitcoin pada minggu ini, menunjukkan sebagian besar arus masuk masih bias terhadap Bitcoin, meskipun arus masuk modal ke dalam aset digital kembali berlanjut setelah arus keluar yang mencapai rekor tertinggi.
“Data juga mencatat bahwa meskipun arus masuk modal meningkat, aktivitas ETF melambat. Omset perdagangan harian turun menjadi US$ 5,4 miliar dalam seminggu hingga 30 Maret, turun 36% dari puncaknya yang terlihat tiga minggu lalu,” ungkapnya.
Penurunan tersebut menunjukkan bahwa hype atas persetujuan ETF Bitcoin kini mereda setelah awalnya memicu reli tajam selama dua bulan terakhir.
“Persetujuan ETF Bitcoin spot adalah pendorong utama reli token sejauh ini pada tahun 2024, membantunya mencapai rekor tertinggi Bitcoin lebih dari US$ 73.000 pada bulan Maret,” ujarnya.
Namun demikian, Fyqieh menuturkan tahun halving selalu menjadi tahun bullish dalam sejarah Bitcoin, yang menyebabkan kenaikan di tahun berikutnya. Terlebih, rencana penurunan suku bunga di pasar AS juga akan meningkatkan momentum kenaikan harga BTC.
Oleh karena itu, Fyqieh bilang, tahun 2024 sangat dinantikan sebagai tahun bullish bagi Bitcoin. Dengan potensi harga di kuartal II adalah US$ 80.000 dan angka tertinggi sekitar US$ 120.000.
Sedangkan di akhir tahun 2024 berpotensi harganya menjadi rendah di level US$ 60.000.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News