Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aset kripto Bitcoin (BTC) sempat menyentuh level US$ 35.000 akibat euforia ETF Bitcon. Meski demikian, pada pukul 15.50 WIB harganya kembali terkoreksi ke US$ 33.933. Bagaimana prospek harganya?
Trader Tokocrypto Fyqieh Fachrur mengatakan, dalam jangka pendek pergerakan BTC saat ini cenderung akan koreksi lalu kemudian sideways.
"Namun, saya rasa kecil kemungkinan bull trap terjadi karena sentimen yang terjadi saat ini sedang dalam kondisi cukup bagus," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (25/10).
Adapun indikasi bulltrap ketika sentimen dalam keadaan normal, namun harga terindikasi mengalami kenaikan secara bertingkat tanpa ada dasar alasan kenaikan.
Baca Juga: CFX: Ada Tiga Calon Pedagang Aset Fisik Kripto di Pipeline Anggota Bursa Kripto
Euforia ETF Bitcoin juga karena adanya berita mengenai Blackrock yang sudah me-listing depository dengan kode ticker IBTC. Namun, depository ini bukan berarti bahwa ETF sudah bisa diperdagangkan, melainkan hanya sebagai tanda bahwa Blackrock sudah mempersiapkan dana mereka untuk peluncuran produk ETF Bitcoin.
Nah, saat ini belum ada kabar resmi dari BlackRock terkait kabar ETF Bitcoin, sehingga pada crypto enthusiast sedang berspekulasi. Menurut Fyqieh, jika seterusnya belum ada kabar terbaru mengenai ETF dan hanya spekulasi tentu lama-lama akan menurunkan antusiasme investor sehingga kemungkinan besar BTC akan sideways.
Kemudian, jika melihat berdasarkan fibonacci retracement-nya, saat ini support untuk BTC berada di area harga US$ 31.387 dan US$ 30.084. Secara relative strength index (RSI) dari poin pergerakan BTC kali ini berada pada poin 87,27 dengan harga saat ini di harga US$ 33.928.
Menurutnya, hal ini menandakan bahwa BTC sedang dalam keadaan jenuh pembelian atau overbought.
"Potensi koreksi kemungkinan akan terjadi dalam waktu dekat ini, terutama jika sentimen dalam keadaan kondisi kembali normal," jelasnya.
Selain itu, penurunan yang terjadi saat ini juga diakibatkan beberapa investor melakukan taking profit. Penurunan terjadi juga disebabkan oleh dolar AS yang rebound pasca data Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur AS lebih baik dari perkiraan mencapai 50 dengan ekspektasi 49,5.
"Menguatnya dolar AS (DXY) membuat pasar kripto dan Bitcoin cukup tertekan. Melihat sentimen ke depan, nampaknya pelaku pasar akan masuk lagi dalam posisi wait and see," sambungnya.
Dalam jangka pendek, juga akan ada sentimen dari Ketua Fed, Jerome Powell yang akan berpidato di Moynihan Lecture 2023 pada Rabu (25/10) waktu setempat. Pelaku pasar akan memperhatikan pernyataan Powell untuk melihat potensi kebijakan The Fed mendatang.
Baca Juga: ETF Bitcoin Berpotensi Disetujui, Harga Bitcoin Melesat
Sebelumnya, Powell mengatakan bahwa The Fed kemungkinan akan mempertahankan suku bunga tetap konstan pada pertemuan berikutnya, yaitu pada November mendatang. Dan masih ada kemungkinan kenaikan suku bunga di masa depan, jika para pengambil kebijakan melihat lebih banyak tanda-tanda pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Pernyataan Powell itu mengkonfirmasi prediksi pasar bahwa The Fed akan menghindari kenaikan suku bunga untuk kedua kalinya berturut-turut. Apabila suku bunga dipertahankan, tren positif kenaikan harga Bitcoin berpotensi berlanjut.
"Namun apabila suku bunga dinaikkan, investor perlu bersiap menghadapi potensi koreksi pasar," sebutnya.
Target Harga BTC
Fyqieh mengatakan bahwa secara teknikal, sejauh ini BTC di atas EMA 50 hari dan 200 hari serta berada di wilayah overbought. Dalam jangka pendek masih bisa terjadi penurunan ke US$ 33.500, kemudian bisa terus berlanjut maka akan membuat penjualan bergerak ke level support US$ 32.436.
Apabila, ada sentimen kuat terkait ETF Bitcoin spot dan pernyataan Powell yang dovish bisa mengembalikan BTC berada di atas level resistensi US$ 35.265. Level ini akan mendukung pergerakan menuju US$ 36.000.
Berita ETF BTC-spot tetap menjadi titik fokus, dengan investor sekarang mengharapkan persetujuan SEC.
"Jika sentimen ini terus berlanjut, Bitcoin kemungkinan akan mengalami peningkatan hingga US$ 40.000 sebagai area resistennya dalam waktu singkat," paparnya.
Terlebih jika masing-masing perusahaan yang mendapat persetujuan, seperti BlackRock dan lainnya melakukan pembelian BTC, maka kemungkinan harga akan mengalami kenaikan lebih tinggi lagi.
"Tentu ini bisa narasi selanjutnya untuk bullrun BTC di masa mendatang dengan potensi kenaikan di atas US$ 50.000," lanjutnya.
Fqyieh menuturkan, kehadiran ETF Bitcoin dapat menjadi katalis penggerak bagi pasar kripto karena membuka pintu bagi investor yang sebelumnya enggan atau kesulitan masuk ke dalam pasar kripto. Ini dapat memperluas basis investor, meningkatkan likuiditas dan meningkatkan eksposur serta adopsi Bitcoin secara luas.
Dari berbagai katalis, ia melihat sentimen investor masih tetap optimistis. Fear & Greed Index melonjak tinggi di angka 72/100, memasuki zona "Greed". Terakhir kali posisi tersebut terjadi pada Mei 2022 lalu.
"Hal ini menunjukkan bahwa investor dan trader di pasar kripto saat ini semakin cenderung untuk mengambil risiko dan mencari keuntungan lebih besar," katanya.
Namun ia tetap mengingatkan, meski harga BTC masih memiliki potensi kenaikan yang signifikan, tetapi perlu diingat bahwa pasar kripto tetap sangat volatil, dan sentimen pasar dapat berubah dengan cepat. Oleh karena itu, ia para pelaku pasar tetap disarankan untuk mengikuti perkembangan dengan cermat dan tetap berhati-hati dalam mengambil keputusan investasi.
Bagi para investor dengan pandangan jangka pendek, peningkatan harga saat ini menjadi peluang yang harus dimanfaatkan untuk mendapatkan profit yang optimal. Di sisi lain, bagi mereka yang merupakan investor baru dan berfokus pada jangka waktu yang lebih panjang, situasi ini juga dapat digunakan untuk secara teratur mengakumulasi aset kripto sambil tetap memonitor perkembangan pasar.
"Perlu diingat bahwa investor harus tetap waspada dan bersiap untuk menghadapi potensi koreksi harga sebelum terjadinya kembali lonjakan nilai Bitcoin. Koreksi harga merupakan hal yang wajar dalam siklus pasar kripto," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News