Reporter: Nadya Zahira | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga Bitcoin (BTC) terpantau menguat di atas US$ 60.000. Berdasarkan CoinmarketCap, harga BTC naik 0,77% ke level US$ 63.768 pada Selasa (16/7) pukul 21.00 WIB, dan menguat hampir 20% dalam sepekan terakhir.
Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha mengatakan, kenaikan harga Bitcoin kali ini didorong oleh peristiwa politik, inflasi yang melandai, pidato dovish dari Jerome Powell serta akumulasi dari manajer investasi.
Selain itu, menurut Panji, serangan terhadap Donald Trump, yang terjadi saat rapat umum di Pennsylvania pada Minggu (14/7), berdampak langsung pada pasar kripto. Maka dari itu, setelah berita tersebut tersiar, harga Bitcoin dan altcoin melonjak.
Baca Juga: Bitcoin Melesat Hingga US$65.000 Didukung Meningkatnya Elektabilitas Donald Trump
Panji menjelaskan, efek Trump, sebagai kandidat yang pro-Bitcoin, telah memainkan peran penting dalam dinamika ini. Dia menilai, apabila Trump terpilih kembali menjadi Presiden, maka ada peluang ekosistem kripto di AS kembali merekah.
“Pasalnya, Trump dianggap investor ramah kepada kripto yang diindikasikan dengan penerimaan donasi kampanye Trump menggunakan kripto, sehingga meningkatkan kepercayaan investor terhadap aset digital,” kata Panji kepada Kontan.co.id, Selasa (16/7).
Tak hanya itu, Panji mengatakan bahwa Trump dipandang sebagai kandidat yang lebih ramah terhadap kripto daripada Presiden Joe Biden. Sehingga probabilitas kandidat pro-crypto untuk memenangkan pemilu menjadi 70% di Polymarket.
Mantan Presiden AS Donald Trump juga diumumkan sebagai salah satu pembicara di konferensi Bitcoin 2024 yang akan berlangsung di Nashville, Tennessee, dari tanggal 25 hingga 27 Juli. Acara ini merupakan salah satu konferensi bitcoin terbesar di dunia.
Baca Juga: Menilik Lagi Prospek Harga Bitcoin Hingga Akhir Tahun
Kemudian, Panji bilang, sentimen lainnya datang dari data Indeks Harga Konsumen AS (CPI) yang dirilis pada Kamis (11/7) pekan lalu, turun menjadi 3% secara year on year (YoY), lebih rendah dari perkiraan pasar sebesar 3,1% dan juga lebih rendah dari 3,3% yang tercatat pada bulan Mei.
Panji menilai, meski target inflasi masih di atas target The Fed yaitu 2% YoY, Jerome Powell mencatat bahwa Federal Reserve tidak akan menunggu sampai inflasi turun menjadi 2% untuk memangkas suku bunga karena kondisi makroekonomi, menurut pidatonya pada Senin (15/7).
“Sehingga sentimen positif tersebut berpotensi akan menarik likuiditas lebih banyak ke pasar kripto,” imbuhnya.
Menurut CME FedWatchtools, meskipun The Fed akan kembali mempertahankan suku bunganya pada FOMC 31 Juli, namun probabilitas penurunan suku bunga 25 bps atau 0,25% pada FOMC 18 September meningkat menjadi 91,2%.
Dengan demikian, Panji mengatakan bahwa pemotongan suku bunga menguntungkan aset berisiko, termasuk Bitcoin, dan diperkirakan akan memicu reli di pasar saham dan tradisional.
Beberapa perusahaan institusional memproyeksikan pemotongan suku bunga pada September dan akhir tahun karena inflasi mendingin.
Baca Juga: Harga Bitcoin Kembali Naik Imbas Upaya Pembunuhan Trump, Begini Proyeksinya
“Arus masuk besar ke ETF Bitcoin di AS dan global menunjukkan ketahanan pasar crypto dan minat institusional yang kuat, menjadi indikator positif untuk masa depan,” kata dia.
Sementara itu, Panji menuturkan bahwa perdagangan ETF Bitcoin spot di AS mencatat minggu yang sukses. Berdasarkan data dari SoSoValue, pada Jumat (12/7), ETF Bitcoin spot AS mencatat arus masuk sebesar US$ 310 juta, menjadikannya arus masuk harian terbesar dalam 5 minggu terakhir.
“Selama periode perdagangan 8-12 Juli, net inflow perdagangan ETF Bitcoin spot di AS melampaui US$ 1 miliar,” ungkapnya.
Baca Juga: Pasar Kripto Belum Respons Positif Melandainya Data Inflasi AS
Panji memproyeksi, jika harga BTC bertahan di atas support US$ 64.000, maka dapat lanjut naik ke resistance selanjutnya di level US$ 69.000. Namun, apabila turun di bawah US$ 63.000, maka harga Bitcoin bisa kembali melemah ke posisi US$ 62.000.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News