Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
Fase akumulasi mungkin akan berlangsung selama hampir 5 bulan. Rentang akumulasi ulang ini yang dapat meningkatkan harga Bitcoin mencapai harga tertinggi (ATH) baru.
Fyqieh berujar, banyak investor akan terguncang pada fase ini karena kebosanan, ketidaksabaran, dan kekecewaan terhadap kurangnya hasil besar dalam investasi BTC mereka setelah halving. Padahal, setelah Bitcoin keluar dari area akumulasi ulang, terobosan ke tren naik hingga bertumbuh menuju titik tertinggi baru.
Secara historis, reli yang berkepanjangan selalu terjadi setelah peristiwa halving, yang berlangsung selama 6-18 bulan. Bitcoin naik rata-rata 61% dalam enam bulan menjelang halving sebelumnya, dan naik rata-rata 348% dalam enam bulan setelah halving.
Fyqieh menambahkan bahwa adanya ETF BTC spot kemungkinan dapat mempercepat tren kenaikan harga BTC dan menciptakan kondisi pasar yang belum pernah terjadi sebelumnya. Hal ini karena ETF BTC akan terus membeli lebih banyak BTC, sehingga membebani pasokan Bitcoin.
BTC memiliki dukungan kuat di dekat angka US$ 60.000. Harga Bitcoin mungkin akan rebound setelah menyentuh level tersebut. Namun, jika gagal menguji support tersebut dan berada di bawahnya, maka kemungkinan BTC mencapai US$ 58.000. Pada sisi positifnya, jika harga BTC naik, maka akan menemukan resistensi di level US$73.662 dan US$77.080.
Fyqieh menyarankan, jika memang ingin akumulasi aset seperti Bitcoin, mungkin bisa mulai terapkan strategi Dollar Cost Averaging (DCA) untuk mengurangi volatilitas Bitcoin di masa dekat dekat ini. Mengadopsi strategi DCA dapat membantu investor membeli BTC secara konsisten dan mengurangi risiko harga yang terlalu tinggi atau rendah.
“Investor juga dapat memperhatikan tren historis dan analisis teknis untuk menentukan titik masuk dan keluar yang tepat," tutur Fyqieh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News