Reporter: Nadya Zahira | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA . Harga batubara dan minyak dunia cenderung melemah selama sepekan terakhir. Berdasarkan Trading Economics, Minggu (24/3) harga batubara turun 0,50% di level US$ 128.25 per ton, dan minyak dunia turun 0,08% di level US$ 80.863 per barel dalam sepekan.
Kemudian, pada Senin (25/3), harga minyak dunia kembali turun tipis 0,078% ke level US$ 81.097 per barel pada pukul 19.00 WIB. Sedangkan harga batubara turun 0,43% ke level US$ 127.70 per ton.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, sentimen yang membuat harga batubara turun adalah karena ekspor batubara Rusia ke Asia mengalami penurunan 2,61% dibandingkan tahun sebelumnya.
Baca Juga: Didorong Permintaan Domestik dan Investasi, Ekonomi RI Diramal Tumbuh 4,7%-5,5%
Ditambah, ekspor batubara Rusia merupakan faktor penting dalam dinamika pasar saat ini.
Sentimen selanjutnya, Sutopo mengatakan adalah faktor China yang diperkirakan tidak akan meningkatkan impor batubara pada tahun 2024. Dalam dua bulan pertama tahun ini, China menambang 705,27 juta metrik ton batubara, turun dari 734,23 juta pada tahun sebelumnya.
"Dengan sikap Tiongkok terhadap impor batubara, meningkatkan kekhawatiran akan kelebihan pasokan," kata Ibrahim kepada Kontan.co.id, Seni (25/3).
Selain itu, dia menuturkan sentimen lainnya yakni, adanya ketergantungan India pada batubara untuk kebutuhan pembangkit listrik berbahan bakar batubara telah mencapai titik tertinggi pada bulan Januari 2024. Namun, upaya untuk meningkatkan sumber energi terbarukan tidak berdampak signifikan terhadap konsumsi batubara India.
Baca Juga: BI Proyeksikan Pertumbuhan ekonomi Indonesia Tetap Kuat di Level 4,7% - 5,5% di 2024
"Namun, perlu diingat bahwa harga batubara dapat berfluktuasi berdasarkan berbagai faktor, jadi penting untuk selalu mengetahui perkembangan pasar," kata dia.
Lebih lanjut, Sutopo mengatakan batubara turun 12,77% ke level US$ 18,70 per metrik ton sejak awal tahun 2024. Dia pun memperkirakan batubara akan diperdagangkan pada harga US$ 129,35 per metrik ton, pada akhir kuartal ini. Sedangkan pada akhir tahun 2024, diproyeksi akan diperdagangkan di US$ 130,72 per metrik ton.
Sementara itu, Sutopo mengatakan sentimen yang membuat harga minyak dunia turun yaitu, karena Badan Energi Internasional (IEA) pada Kamis (21/3) lalu memperkirakan bahwa pasar minyak global akan mengalami defisit hingga akhir tahun 2024, jika OPEC+ mempertahankan pengurangan produksinya saat ini, meskipun keseimbangan tersebut akan berubah menjadi surplus jika OPEC+ mulai memproduksi lebih banyak minyak.
"OPEC+ akan bertemu pada tanggal 1 Juni mendatang untuk memutuskan tingkat produksi pada paruh kedua tahun 2024," kata Sutopo.
Baca Juga: Kementerian ESDM: Belum Ada Ketentuan Perpanjangan Relaksasi Ekspor Konsentrat PTFI
Selain itu, sentimen lainnya Sutopo bilang, datang dari indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang menguat saat menjelang keputusan The Fed, sehingga hal ini mengurangi permintaan minyak bagi pembeli di negara-negara yang menggunakan mata uang lainnya.
Namun demikian, dia memproyeksikan bahwa harga minyak dunia akan kembali naik karena kuatnya permintaan minyak mentah Tiongkok saat ini.
"Data pemerintah hari Senin menunjukkan bahwa Tiongkok memproses minyak mentah sebanyak US$ 118,76 per barel, pada bulan Januari dan Februari juga naik 3% dari waktu yang sama tahun lalu," ungkapnya.
Sutopo mengatakan, minyak mentah dunia pun telah meningkat sebesar 12,91% ke level US$ 9,25 sejak awal tahun 2024. untuk itu, ia memperkirakan minyak mentah akan diperdagangkan di level US$ 81,23 per barel pada akhir kuartal ini, dan US$ 81,91 per barel pada akhir tahun 2024.
Selaras dengan hal ini, Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong menuturkan bahwa secara keduanya sebenarnya kedua komoditas tersebut yakni minyak mentah dunia dan batubara masih tertekan oleh ketidakpastian dan perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
Selain itu, menurut dia, meningkatnya tren energi terbarukan juga ikut menekan harga.
Baca Juga: Setoran Cukai dan PNBP di Awal 2024 Melorot
"Bedanya pada kedua komoditas itu hanya dari sisi supply, dimana kartel OPEC akan terus mendikte harga dengan kontrol produksi," kata Lukman kepada Kontan.co.id, Senin (25/3).
Lukman mengatakan, sentimen lainnya yang membuat harga batubara turun yaitu karena cenderung masih over supply, terutama sejak China mulai meningkatkan produksi secara besar-besaran pada tahun lalu. Sedangkan supply untuk minyak mentah justru cenderung under supply oleh pemangkasan produksi OPEC+.
Dalam laporan EIA, Lukman bilang, dunia diperkirakan akan mengalami defisit minyak mentah tahun ini, di mana permintaan lebih tinggi dari pasokan.
"Saya perkirakan harga batubara akan berkisar US$ 120 - US$ 140 per ton pada tahun ini, sedangkan minyak WTI dikisaran US$ 75 - US$ 85 per barel," tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News