kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.515.000   10.000   0,66%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Harga Batubara Masih Naik, Meski Diramal Masih Ada dalam Tekanan hingga Akhir Tahun


Minggu, 21 April 2024 / 22:15 WIB
Harga Batubara Masih Naik, Meski Diramal Masih Ada dalam Tekanan hingga Akhir Tahun
ILUSTRASI. Sebuah kapal tongkang pengangkut batubara melintas di Sungai Musi, Palembang, Sumatera Selatan, Senin (15/2/2021). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/rwa.


Reporter: Nadya Zahira | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara kembali merangkak naik pada Minggu (21/4). Kenaikan ini disebabkan karena konflik ketegangan di Timur Tengah masih berjalan dan meningkatnya permintaan sekaligus impor dari China. 

Mengutip Trading Ekonomics, harga batubara naik 0,53% atau berada di level US$ 141,75 per ton, pada Minggu (21/4) pukul 21.00 WIB. Bahkan, dalam sepekan harga batubara naik hingga 5,98%. 

Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mengatakan, kenaikan harga batubara salah satunya disebabkan karena masih berlangsungnya perang di Timur Tengah, seperti Iran-Iseael, sehingga menyebabkan harga minyak mentah tinggi. Dengan begitu, berdampak terhadap harga turunannya termasuk batubara. 

“Jadi kenaikan ini bisa saja bersifat sementara, karena adanya geopolitik. Kalau sudah mereda, harga batubara diprediksi bisa kembali turun,” kata Lukman kepada Kontan.co.id, Minggu (21/4).

Baca Juga: Emiten Batubara Masih Hadapi Sejumlah Tantangan Tahun Ini, Simak Rekomendasi Sahamnya

Lukman menuturkan, sentimen lainnya yang membuat harga batubara terus naik yaitu, lantaran meningkatnya permintaan dari pembangkit listrik tenaga batubara di China dan lonjakan permintaan dari India. 

“Industri batubara di China impornya cukup meningkat di tahun ini, peningkatan tersebut sudah tercatat sejak kuartal pertama 2024,” imbuhnya. 

Dia menyebutkan, impor China untuk semua jenis batubara dari pasar lintas laut mencapai 97,43 juta metrik ton pada kuartal pertama tahun 2024. Impor ini naik 16,9% dari 83,36 juta ton pada periode yang sama di tahun 2023.

Lebih lanjut, Lukman mengatakan bahwa China mulai menerapkan lonjakan izin pembangkit listrik tenaga batubara sejalan dengan gelombang kekurangan listrik pada tahun 2021. Menurutnya, langkah ini muncul ketika China terus mengkhawatirkan keamanan energi setelah batu bara domestiknya berkurang dan terjadinya kekurangan listrik pada 2021.

Tak hanya itu, Lukman bilang bahwa China juga telah berjanji untuk mengendalikan secara ketat kapasitas pembangkit listrik tenaga batubara baru, dan juga telah menghubungkan sejumlah besar pembangkit listrik tenaga angin dan surya baru ke jaringan listriknya.

“Kebutuhan mendasar itu yang akhirnya membuat harga batubara global menjadi terus naik,” ungkapnya.

Lukman pun memperkirakan harga batubara akan diperdagangkan pada US$ 100 - US$ 150 per ton pada akhir semester I-2024. Sedangkan hingga akhir tahun, harga batubara akan bergerak di sekitar US$ 85 - US$ 200 per ton.

Baca Juga: Perusahaan Batubara Siapkan Strategi Genjot Produksi di Tahun Ini

Sementara itu, Equity Research Analyst Kiwoom Sekuritas Indonesia, Miftahul Khaer justru melihat bahwa harga batubara dunia masih akan cukup tertekan di tahun 2024 hingga 2025 mendatang. 

“Meskipun jika di liat harga batubara dunia cukup mengalami penguatan akhir-akhir ini, tapi kami kira beberapa sentimen utama masih akan menekan harga jual batubara global,” kata Miftahul kepada Kontan.co.id, Jumat (19/4). 

Miftahul memproyeksi, harga batubara global hanya akan di kisaran antara US$ 117 per ton di sepanjang tahun ini, dan jika dibandingkan dengan tahun 2023 kemarin, nilai tersebut lebih rendah dibanding rata-rata-rata sepanjang 2023 yang berada di level US$ 172,05 per ton. 

“Tidak hanya itu, perkiraan tersebut terhitung sebagai yang terendah sejak 8 Juni 2021. Proyeksi harga yang masih berada di level tinggi dibanding pra pandemi didasarkan oleh kemungkinan kebijakan pelonggaran keuangan ke depan,” kata dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×