Reporter: Nadya Zahira | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga batubara kembali merangkak naik pada hari ini, Selasa (26/3). Kenaikan harga ini disebabkan permintaan dan impor dari China yang cukup meningkat.
Mengutip Trading Economics, harga batubara merangkak naik 2,06% ke level US$ 136,50 per ton pada Senin (15/4). Dalam sepekan harga batubara naik 2,63%.
Pengamat komoditas dan Founder Traderindo.com, Wahyu Tribowo Laksono menuturkan, kenaikan harga batubara tersebut masih cukup wajar. Menurut dia kenaikan itu disebabkan oleh meningkatnya permintaan dari pembangkit listrik tenaga batubara di China dan lonjakan permintaan dari India.
"Industri batubara di China tidak memperkirakan, jika impor mereka akan meningkat di tahun ini, namun bukti dari kuartal pertama menunjukkan bahwa kebutuhan pembeli terbesar di dunia ini masih sangat besar," kata Wahyu kepada Kontan.co.id, Selasa (16/4).
Baca Juga: Sejumlah Emiten Diuntungkan Pelemahan Rupiah, Ini Rekomendasi Saham yang Bisa Dilirik
Wahyu menyebutkan, impor China untuk semua jenis batubara dari pasar lintas laut mencapai 97,43 juta metrik ton pada kuartal pertama tahun 2024. Impor ini naik 16,9% dari 83,36 juta ton pada periode yang sama tahun 2023.
"Kemudian, data resmi dari bea cukai pada dua bulan pertama tahun 2024, juga menunjukkan total impor batu bara sebesar 74,52 juta ton, atau naik 23% dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya," kata dia.
Lebih lanjut, dia menjelaskan China mulai menerapkan lonjakan izin pembangkit listrik tenaga batubara sejalan dengan gelombang kekurangan listrik pada tahun 2021. Wahyu bilang, langkah tersebut muncul ketika China terus mengkhawatirkan keamanan energi setelah batu bara domestiknya berkurang dan terjadinya kekurangan listrik pada 2021.
"Jadi ekspektasi yang stabil terhadap impor batubara kontras dengan ekspektasi bahwa pembangkit listrik China pada tahun ini akan meningkat sebesar 5,3% dari tahun 2023, yang meningkat sebesar 6,9%, melebihi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2%," imbuhnya.
Baca Juga: Sejumlah Emiten Diuntungkan Pelemahan Rupiah, Ini Rekomendasi Saham yang Bisa Dilirik
Alhasil, China meningkatkan penambangan batubara dan mempercepat persetujuan untuk membangun pembangkit listrik batu bara baru, meskipun sebelumnya telah berjanji untuk mengurangi penggunaan batubara dalam rencana lima tahun yang dimulai pada 2026.
Ditambah, China juga telah berjanji untuk mengendalikan secara ketat kapasitas pembangkit listrik tenaga batubara baru, dan juga telah menghubungkan sejumlah besar pembangkit listrik tenaga angin dan surya baru ke jaringan listriknya.
“Kebutuhan mendasar itulah yang akhirnya mendorong harga batubara,” ungkapnya.
Wahyu memperkirakan harga batubara akan diperdagangkan pada US$ 100-US$ 150 per ton pada akhir semester I-2024. Sedangkan hingga akhir tahun, harga batubara akan bergerak di sekitar US$ 80-US$ 200 per ton.
Baca Juga: Menggarap Tambang Batubara, Singaraja Putra Gandeng PTRO
Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mengatakan, kenaikan harga batu bara tersebut didukung oleh harga energi minyak mentah yang masih tinggi. Harga komoditas energi juga terungkit oleh kekhawatiran seputar eskalasi perang di Timur Tengah, seperti Iran yang belum lama ini menyerang Israel.
"Apabila perang intensif, maka harga minyak mentah diperkirakan bisa menembus US$ 100 per barel, dengan itu akan bisa ikut menaikkan harga batubara ke level US$ 150-US$ 160 per ton," ujar Lukman kepada Kontan.co.id, Selasa (16/4).
Namun, Lukman bilang, jika perang atau kondisi geopolitik tidak intensif, maka dolar Amerika Serikat (AS) yang kuat akibat meredanya prospek pemangkasan suku bunga oleh The Fed akan kembali menekan harga batubara ke level US$ 120 per ton.
"Apabila tidak terjadi eskalasi perang, maka pada akhir tahun 2024 ini minyak akan berkisar di level US$ 85-US$ 90 per barel, sedangkan batubara akan berada di level US$ 130-US$ 140 per ton." tandasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News