kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Harga batubara makin hangat jelang musim dingin


Jumat, 27 Oktober 2017 / 06:45 WIB
Harga batubara makin hangat jelang musim dingin


Reporter: Nathania Pessak | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kebijakan China membatasi produksi komoditas berdampak positif bagi harga batubara. Selain itu, kenaikan harga komoditas energi ini juga ditopang oleh kenaikan permintaan jelang musim dingin.

Para analis menilai, saat ini batubara tengah ditopang banyak sentimen positif. "Dengan banyak sentimen positif, di akhir tahun nanti harga batubara bisa mencapai level US$ 95 per metrik ton," imbuh Ibrahim, Direktur Garuda Berjangka, kemarin.

Research & Analyst Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar meramalkan, harga batubara di akhir tahun nanti berpeluang menguat hingga US$ 92-US$ 100 per metrik ton. Ada beberapa hal yang berpotensi mendorong harga batubara.

Pertama, pemangkasan produksi. "Sentimen utama batubara datang dari pemangkasan produksi di China dan Eropa tepatnya di Polandia," ujar Ibrahim.

Sejak November 2016, China telah membatasi produksi hampir semua komoditas dan masih berlanjut hingga saat ini. Hal tersebut berimbas positif bagi harga komoditas, termasuk batubara.

Kedua, semakin dekatnya musim dingin tahun ini. Musim dingin di Amerika Serikat (AS) bahkan diprediksi bakal lebih ekstrem dibandingkan tahun lalu. Hal tersebut mendorong kenaikan permintaan batubara, yang menjadi bahan bakar penghangat ruangan.

Deddy menilai, kenaikan harga batubara saat ini merupakan awal dari peningkatan permintaan jelang musim dingin. "Biasanya musim dingin membutuhkan batubara yang cukup banyak, sehingga meningkatkan permintaan dan membawa harga batubara naik," jelas dia.

Ketiga, ada spekulasi bahwa Presiden AS Donald Trump, melalui Departemen Energi, ingin membuat peraturan pabrik batubara dan nuklir tidak perlu lagi menghemat biaya produksi. "Hal ini membantu menyelamatkan industri batubara AS namun tidak berdampak terlalu besar," ungkap Deddy.

Keempat, permintaan batubara dari negara-negara yang memiliki reaktor nuklir serta penghasil baja meningkat. Kelima, pertumbuhan ekonomi global yang membaik juga membuat permintaan batubara meningkat.

Sentimen positif tersebut membuat harga batubara cenderung naik. Rabu (25/10), harga batubara kontrak pengiriman Januari 2018 naik 0,47% menjadi US$ 96,00 per metrik ton. Tapi sepekan terakhir, harga terkikis 1,28%.

Secara teknikal, harga batubara masih bergulir di atas moving average (MA) 50, MA100, dan MA200. Kemudian, moving average convergence divergence (MACD) dan relative strength index (RSI) masing-masing berada di area positif level 55, dengan kecenderungan menguat. Sedangkan indikator stochastic menunjukkan indikasi melemah di level 38.

Hari ini, Deddy memprediksi harga batubara masih berpotensi melanjutkan penguatan dan bergerak di kisaran US$ 95,40-US$ 97,15. Sepekan ke depan, harga akan bergerak di kisaran US$ 94,50-US$ 98,00 per metrik ton.

Sedang hitungan Ibrahim, harga batubara akan bergerak di kisaran US$ 95,80-US$ 97,20 per metrik ton. Selama sepekan ke depan, harga akan bergerak antara US$ 95,00-US$ 98,90 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×