kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,82   3,49   0.39%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga batubara kembali mendekati level US$ 114 per metrik ton


Jumat, 07 September 2018 / 19:03 WIB
Harga batubara kembali mendekati level US$ 114 per metrik ton
ILUSTRASI. Aktifitas Alat Berat di Tambang Batubara Adaro


Reporter: Dimas Andi | Editor: Narita Indrastiti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Masih tingginya permintaan terhadap batubara dari sejumlah negara kawasan Asia membuat harga batubara diperkirakan tetap mengalami tren penguatan dalam beberapa waktu ke depan.

Mengutip Bloomberg, harga batubara kontrak pengiriman Oktober di ICE Futures bertengger di level US$ 113,95 per metric ton pada Kamis (6/9) atau menguat tipis 0,08% ketimbang sehari sebelumnya. Adapun dalam sepekan terakhir, harga batubara telah menguat 1,46%.

Memang, sepanjang pekan ini sebenarnya pergerakan harga batubara cenderung stagnan. Ini terlihat pada posisi harga saat penutupan di hari Senin, Selasa, dan Kamis yang sama-sama di level US$ 113,95 per metrik ton.

Kendati demikian, analis Asia Tradepoint Futures, Deddy Yusuf Siregar menilai, dalam waktu dekat harga batubara masih berpotensi menguat dan bisa melampaui level US$ 114,15 per metrik ton yang dicapai pada 29 Agustus lalu. Sekadar catatan, angka tersebut merupakan level tertinggi batubara sejak Januari 2013.

Ia beralasan, permintaan batubara yang tinggi dari Filipina, Vietnam, hingga Korea Selatan membuat harga komoditas tersebut masih berada di tren bullish. “Padahal, Korea Selatan sudah mulai membatasi penggunaan batubara namun faktanya kebutuhan impor komoditas energi masih cukup tinggi,” terangnya, Jumat (7/9).

Selain itu, katalis positif bagi pergerakan harga batubara juga berasal dari kabar adanya sejumlah tambang di China yang ditutup sebagai efek dari inspeksi lingkungan. Dengan begitu, permintaan batubara dari China berpotensi meningkat untuk mengantisipasi ancaman berkurangnya cadangan.

Lebih lanjut, terdapat prediksi dari Fitch bahwa cadangan gas alam dunia akan mengalami defisit di periode 2020—2025. Alhasil, sejumlah perusahaan pengelola pembangkit listrik mulai kembali mengincar batubara.

Direktur Garuda Berjangka, Ibrahim menilai, penguatan harga batubara terbantu oleh koreksi yang terjadi pada indeks dollar AS dalam dua hari terakhir.

Namun, dalam jangka pendek ia memprediksi kenaikan harga batubara akan cenderung terbatas. Itu pun bergantung pada hasil data non-farm payroll AS yang dirilis dini hari nanti. “Kalau data ekonomi AS membaik, indeks dollar bisa meningkat sehingga harga batubara terancam terkoreksi,” kata Ibrahim.

Di samping itu, sentimen perang dagang antara AS dan China juga dapat membayangi prospek harga batubara. Pasalnya, efek perang dagang membuat perekonomian China mengalami perlambatan sehingga bisa memicu berkurangnya permintaan batubara dari negeri tirai bambu.

Belum lagi, AS juga mulai membidik Jepang sebagai sasaran kebijakan tarif impor. Jika dampaknya serupa dengan China, maka pergerakan harga batubara bisa terganggu. Ini mengingat permintaan batubara dari Jepang juga tergolong tinggi.

Ibrahim memperkirakan, harga batubara akan berada di kisaran US$ 112,90—US$ 115,10 per metrik ton sedangkan dalam sepekan harga batubara akan bergerak di rentang US$ 110,20—US$ 116,20 per metrik ton.

Sementara itu, Deddy menghitung harga batubara berpotensi bergerak di kisaran US$ 113,50—US$ 114,10 per metrik ton. Sepanjang pekan depan, harga batubara diprediksi bergerak di level US$ 112,30—US$ 115,00 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×