Reporter: Irene Sugiharti | Editor: Noverius Laoli
Ibrahim menambahkan industrial product di China yang mengalami peningkatan sehingga membutuhkan import batubara lebih tinggi.
Di sisi lain, meskipun banjir sentimen positif, isu lingkungan masih jadi bayang-bayang gelap akan pertumbuhan batu bara. Adanya permintaan global terkait pengurangan penggunaan batubara untuk PLTU dan meningkatkan kesadaran akan lingkungan akan jadi sentimen pemberat bagi harga batubara bahkan hingga tahun 2020 mendatang.
Baca Juga: Mendorong perkembangan komoditas perkebunan melalui Bun Awards
Pada 2020 yang bertepatan dengan pemilu AS, nasib hargabatu bara juga turut dipertaruhkan. Pasalnya Ibrahim nilai, jika Trump kembali memenangkan pemilu tahun depan harga batubara kemungkinan akan kembali tertekan disebabkan oleh adanya perlambatan ekonomi global dan China yang menghentikan import batubara.
Bayang-bayang perang dagang yang masih jauh dari kata selesai juga dapat jadi sentimen kurang baik bagi harga batu bara. Jika pada perjanjian tahap kedua nanti kesepakatan akan hak intelektual tidak tercapai, bisa jadi tensi perang dagang akan kembali memanas.
Baca Juga: Garda Tujuh Buana (GTBO) terus kawal proyek tambang emas di Sudan
Tahun depan Ibrahim nilai jika Trump terpilih lagi, hargabatu bara akan ada di kisaran US$ 50-US$70. Sementara di penghujung tahun ini, Ibrahim nilai kemungkinan pekan depan harga batu bara akan terkoreksi seiring dengan akan dirilisnya data PDB final Amerika yang diprediksikan hasilnya positif serta dapat menyokong penguatan dollar. Ibrahim sebut harga batu bara di akhir tahun akan di tutup di US$65.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News