Reporter: Irene Sugiharti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas batubara bertahan di rentang US$ 67 per ton dalam beberapa waktu terakhir. Sejumlah analis menilai harga tersebut merupakan level tertinggi batubara saat ini. Analis menilai kemungkinan ada koreksi.
Mengutip bloomberg, harga batubara ICE New Coal tidak bergerak jauh dari kisaran US$ 67.00 per ton, kemarin harga batu bara berada di kisaran US$ 67.40.
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan, harga batubara saat ini yang berada di kisaran US$ 67.00 sudah mencapai harga tertinggi batubara untuk tahun ini. Ia menilai koreksi akan terjadi seiring dengan harga batubara yang terus menanjak menguat.
Baca Juga: ABM Investama (ABMM) tambah modal kerja US$ 50 juta dari Bank OCBC NISP
"Ya kemungkinan besar itu level tertingginya. Bisa saja minggu depan karena pasar tinggal dua sampai tiga hari kerja efektif kemungkinan besar di perdagangan minggu depan akan terjadi koreksi," tutur Ibrahim kepada Kontan.co.id, Jumat (20/12).
Melonjaknya harga batubara saat ini dipengaruhi oleh beragam faktor. Salah satunya karena kondisi iklim yang mulai memasuki musim dingin yang ekstream sehingga membutuhkan bahan bakar alternatif dari batu bara cukup tinggi.
Faktor lain, transportasi yang akan terhambat selama musim dingin terutama jalur laut yang kemungkinan membeku juga menjadi dorongan tambahan bagi penguatan harga batubara.
Baca Juga: Kajian soal lingkungan calon ibu kota baru rampung akhir tahun 2019
Berita terkait kelanjutan perang dagang tidak lupa juga turut jadi sentimen penguat harga batubara. Kesepakatan perang dagang tahap pertama antara AS-China yang dikabarkan akan ditandatangani awal Januari menyebabkan permintaan import batu bara cukup tinggi.
Ibrahim menambahkan industrial product di China yang mengalami peningkatan sehingga membutuhkan import batubara lebih tinggi.
Di sisi lain, meskipun banjir sentimen positif, isu lingkungan masih jadi bayang-bayang gelap akan pertumbuhan batu bara. Adanya permintaan global terkait pengurangan penggunaan batubara untuk PLTU dan meningkatkan kesadaran akan lingkungan akan jadi sentimen pemberat bagi harga batubara bahkan hingga tahun 2020 mendatang.
Baca Juga: Mendorong perkembangan komoditas perkebunan melalui Bun Awards
Pada 2020 yang bertepatan dengan pemilu AS, nasib hargabatu bara juga turut dipertaruhkan. Pasalnya Ibrahim nilai, jika Trump kembali memenangkan pemilu tahun depan harga batubara kemungkinan akan kembali tertekan disebabkan oleh adanya perlambatan ekonomi global dan China yang menghentikan import batubara.
Bayang-bayang perang dagang yang masih jauh dari kata selesai juga dapat jadi sentimen kurang baik bagi harga batu bara. Jika pada perjanjian tahap kedua nanti kesepakatan akan hak intelektual tidak tercapai, bisa jadi tensi perang dagang akan kembali memanas.
Baca Juga: Garda Tujuh Buana (GTBO) terus kawal proyek tambang emas di Sudan
Tahun depan Ibrahim nilai jika Trump terpilih lagi, hargabatu bara akan ada di kisaran US$ 50-US$70. Sementara di penghujung tahun ini, Ibrahim nilai kemungkinan pekan depan harga batu bara akan terkoreksi seiring dengan akan dirilisnya data PDB final Amerika yang diprediksikan hasilnya positif serta dapat menyokong penguatan dollar. Ibrahim sebut harga batu bara di akhir tahun akan di tutup di US$65.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News