Reporter: Yoliawan H | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarkan data kontrak ICE Newcastle, harga batubara untuk pengiriman Februari 2019 menurun 0,46% menjadi US$ 97,35 per ton pada Senin (26/11). Penurunan harga batubara ini membuat harga saham emiten batubara ikut melemah.
Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, saham sektor pertambangan turun hingga 2,65% pada perdagangan, Senin (26/11).
Harga batubara yang menurun membuat emiten batubara mulai mengatur siasat. PT Bukit Asam Tbk (PTBA), semisal, mengatur strategi dengan mulai meningkatkan produksi batubara high calory yang memiliki harga jual jauh lebih stabil dibandingkan dengan batubara low calory.
Sekretaris Perusahaan PTBA Suherman mengatakan, batubara high calory dari sisi harga cukup tinggi. Harga batubara kalori tinggi kalau mengacu indeks Newscastle, kecenderungan harganya jauh lebih stabil.
Saat ini sudah 500.000 ton batubara high calory yang dihasilkan dari total 24 juta ton batubara yang diproduksi PTBA. Tahun ini, PTBA menargetkan produksi batubara high calory mencapai 1 juta ton. Sedangkan di tahun 2019, produksi batubara high calory akan mencapai 4 juta ton sampai 5 juta ton dari total produksi batubara sebanyak 28 juta ton.
Berbeda dengan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang memilih melakukan efisiensi dan keunggulan operasional untuk mengimbangi pergerakan harga batubara yang fluktuatif.
Febriati Nadira, Head of Corporate Communication ADRO mengatakan, naik turunnya produksi batubara yang mempengaruhi adalah faktor teknis, ekonomi dan daya dukung lingkungan.
“Yang bisa kami lakukan adalah terus menjalankan efisiensi dan keunggulan operasional di seluruh rantai bisnis ADRO sehingga bisa menghasilkan kinerja operasional yang solid. Fokus produksi masih ke batubara kokas dan termal,” ujar Febriati kepada Kontan.co.id, Senin (26/11).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News