Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Harga aset kripto kompak turun berjamaah. Bitcoin (BTC) sebagai aset kripto kapitalisasi pasar terbesar sudah turun di bawah level US$90.000.
Berdasarkan data Coinmarketcap, Rabu (26/2), pukul 21.40 WIB, harga bitcoin ambrol dengan penurunan lebih dari 10% dalam periode sepekan ke level US$ 86.566.
Selain itu, harga Ethereum (ETH) terpantau merosot 11,55% dalam sepekan ke level US$2.402, serta harga Solana anjlok dengan penurunan lebih dari 20% dalam sepekan ke level US$136.49.
Country Director Fasset Indonesia, Putri Madarina memandang, penurunan drastis harga Bitcoin dan aset kripto lainnya terutama dipicu oleh insiden Bybit diretas. Kerugian Bybit yang ditaksir mencapai US$1,5 miliar dalam bentuk Ethereum (ETH) telah membuat pasar kripto anjlok.
Baca Juga: Kebijakan Trump dan Peretasan Bybit Bikin Harga Kripto Rontok
Insiden Bybit ini menambah sentimen negatif di pasar kripto yang sebelumnya dipengaruhi kebijakan suku bunga AS yang saat ini masih terbilang tinggi. Sentimen ini turut berdampak pada koreksi harga emas yang juga sudah mulai konsolidasi beberapa hari terakhir.
‘’Sebelumnya memang sudah ada konsolidasi dan itu sangat besar korelasi turunnya harga aset kripto dengan besaran tingkat suku bunga AS. Tetapi untuk yang mungkin dua hari terakhir itu memang lebih kepada isu yang terjadi di Bybit,’’ jelas Putri saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (26/2).
Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha menilai bahwa faktor eksternal seperti data ekonomi utama dan pernyataan The Fed bisa menjadi pemicu volatilitas tinggi aset kripto.
Harga aset kripto mengalami pergerakan beragam pekan lalu, dipengaruhi oleh kekhawatiran terkait tarif, suku bunga, serta kasus peretasan Bybit.
Ajaib Kripto melihat, rekor kuat Bitcoin di bulan Februari terancam berhenti seiring tekanan jual masih terjadi dengan harga BTC turun lebih dari 9% sejak awal bulan ini. Data historis menunjukkan bahwa selama 5 tahun terakhir, Bitcoin selalu mencetak kinerja positif setiap Februari.
Baca Juga: Bybit Nyatakan Perang terhadap Lazarus, Pasca Peretasan Besar-besaran Rp 24 Triliun
Menurut data dari Coinglass, BTC telah mencatat kenaikan signifikan dalam bulan Februari selama beberapa tahun terakhir, termasuk 36,78% pada 2021 dan 43,55% pada 2024. Namun, Februari 2025 sejauh ini tidak menunjukkan pola yang sama.
‘’Saat ini, BTC berada di ambang support US$91.000, di mana jika mampu rebound, ada potensi kenaikan menuju US$95.000. Sebaliknya, jika tekanan jual meningkat dan BTC turun dari level support, harga bisa melanjutkan koreksi hingga US$88.000,’’ ujar Panji dalam siaran pers, Selasa (25/2).
Panji menyebutkan, pekan ini pasar akan menghadapi berbagai peristiwa makroekonomi dan industri yang dapat memengaruhi harga aset digital dan sentimen investor. Di antara tanggal 24 Februari – 28 Februari 2025, sejumlah agenda penting akan berlangsung, termasuk laporan keuangan Nvidia, data ekonomi AS, serta sidang legislatif terkait aset digital.
Indeks Keyakinan Konsumen AS dirilis 25 Februari, laporan New Home Sales AS & Laporan Keuangan Nvidia pada 26 Februari, data PDB AS kuartal IV-2024 rilis pada 27 Februari, serta laporan Inflasi PCE & Pernyataan The Fed rilis pada 28 Februari.
Menurut Panji, laporan keuangan Nvidia juga menjadi perhatian bagi pasar aset kripto minggu ini. Sebagai produsen chip terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar, kinerja Nvidia sering dianggap sebagai indikator utama pertumbuhan sektor kecerdasan buatan (AI), yang juga berpotensi mempengaruhi pergerakan harga aset kripto AI, seperti TAO, RENDER, FET, dll.
Baca Juga: CFX Dorong Peningkatan Literasi Aset Kripto Bagi Generasi Muda
Adapun dalam menghadapi kondisi pasar yang sedang bearish ini, Putri menyarankan investor sebaiknya tetap tenang dan tidak terburu-buru untuk membuat keputusan terutama bagi investor jangka panjang. Akan tetapi, bagi trader atau investor jangka pendek mungkin perlu mengkaji ulang strategi terhadap toleransi risikonya.
Putri berujar, sebenarnya beberapa analis itu meyakini bahwa penurunan aset kripto saat ini bersifat sementara. Dengan demikian, bagi investor yang memiliki likuiditas lebih, momentum ini mungkin bisa jadi kesempatan untuk beli di harga rendah (buy the dip).
Koreksi harga ini juga membuka kesempatan untuk investor yang sudah menantikan waktu masuk karena harga sebelumnya terlalu tinggi. Namun demikian, prediksi ini juga sangat spekulatif dan sangat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.
‘’Sekarang ini makroekonomi juga sangat berpengaruh, sehingga investor disarankan untuk selalu melakukan riset terlebih dahulu sebelum membuat keputusan investasi,’’ tutur Putri.
Selanjutnya: PNM Tingkatkan Literasi dan Inklusi Stunting Warga di Sulawesi Tengah
Menarik Dibaca: Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (27/2), Cerah Hingga Hujan Petir
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News