Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas andalan Indonesia batubara dan crude palm oil (CPO) berfluktuasi dalam beberapa waktu terakhir. Fluktuasi harga tersebut diakibatkan meningkatnya tensi politik di Timur Tengah serta perubahan cuaca.
Berdasarkan data Bloomberg, harga batubara ICE Newcastle kontrak pengiriman Desember 2023 berada di US$ 162,5 per ton pada akhir Oktober 2023. Lalu, turun perlahan-lahan hingga mencapai titik penutupan terendah tahun ini di US$ 122,25 per ton pada 6 November 2023. Per Kamis (23/11), harga batubara bertengger di US$ 128 per ton.
Kemudian, harga CPO kontrak pengiriman Februari 2023 berada di RM 3.825 per ton pada akhir Oktober 2023. Harga CPO tersebut lalu turun hingga mencapai RM 3.593 pada 11 Oktober 2023 dan naik lagi hingga ke RM 3.951 per ton per Kamis (23/11).
Baca Juga: Harga Minyak Brent Stabil Menjelang Keputusan Produksi Minyak OPEC+
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengatakan, pergerakan harga batubara bersinergi dengan harga minyak. Penundaan pertemuan OPEC+ hingga tanggal 30 November 2023 menekan harga minyak.
Selain itu, ada kelebihan pasokan di pasar batubara China yang disebabkan oleh meningkatnya produksi dalam negeri hingga berpotensi mencetak rekor baru. China telah meningkatkan produksi batubara sejak krisis listrik tahun 2021 untuk mencegah terulangnya krisis tersebut.
"Situasi ini semakin diperburuk dengan peningkatan impor batubara sebesar 73% selama sembilan bulan pertama tahun ini, yang didorong oleh pasokan global yang lebih terjangkau," ucap Sutopo saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (24/11).
Akibatnya, pasar batubara telah berubah dari situasi kelangkaan yang terjadi beberapa tahun lalu menjadi situasi dimana pasokan batubara tersedia dalam jumlah besar.
Menurut Sutopo, pada umumnya, harga batubara akan membaik saat memasuki musim dingin. Namun perkiraan cuaca yang lebih hangat bakal memengaruhi permintaan.
Baca Juga: Realisasi Belanja Pemerintah Pusat pada Oktober 2023 Turun, Ini Penjelasan Kemenkeu
Selain itu, minyak yang jauh lebih murah karena pertumbuhan ekonomi yang lamban dari China sebagai konsumen besar masih membebani harga. Kelebihan pasokan minyak AS juga semakin mengurangi minat terhadap batubara.
Sementara itu, harga CPO diperkirakan sedang menuju penurunan moderat. Data Asosiasi Minyak Sawit Malaysia memperkirakan, output untuk 1 November-20 November 2023 turun 3,89% dari bulan sebelumnya.